Eko, yang sebelumnya pernah memamerkan rumahnya yang senilai Rp 150 miliar di YouTube, mungkin tak menyadari bahwa flexing kekayaan di tengah kesulitan ekonomi rakyat bagaikan menabur garam di atas luka terbuka.
Uya Kuya, selebritis yang menjadi anggota dewan dari PAN, ikut terseret dalam pusaran kontroversi ketika videonya berjoget di gedung DPR viral bersamaan dengan pengumuman kenaikan tunjangan.
Yang membuat situasi semakin panas adalah beredarnya perbandingan penghasilan Uya sebagai artis Rp 10 juta dengan gajinya sebagai anggota DPR, sebuah kontras yang dianggap menunjukkan ketidakpekaan terhadap penderitaan masyarakat.
Gelombang Amarah Tak Terbendung
Demo tolak tunjangan anggota dewan yang dimulai di Jakarta pada Senin (25/8/2025) seperti api yang menjalar ke seluruh nusantara. Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, satu per satu kota dan kabupaten di daerah ikut bergolak.
Rakyat turun ke jalan, bukan hanya karena soal uang, tetapi karena perasaan terluka dan diabaikan oleh wakil-wakil mereka sendiri.
Yang hadir bukan hanya aktivis atau mahasiswa, tetapi pedagang kecil, tukang ojek online, pelajar, hingga ibu rumah tangga. Mereka semua bersatu dalam kekecewaan yang mendalam.
Di tengah kesulitan ekonomi yang melilit, ketika harga bahan pokok naik dan lapangan kerja semakin sulit, masyarakat melihat para wakilnya justru membicarakan tunjangan puluhan juta dan berjoget-joget dengan riang.
Kontras yang menyakitkan antara penderitaan rakyat dan kegembiraan para elit politik menjadi semakin jelas.
Sementara rakyat berjuang untuk sekadar membeli beras, para wakilnya berbicara tentang tunjangan beras Rp 12 juta per bulan dan tunjangan rumah Rp 50 juta.
Gedung DPR yang berbentuk kura-kura, yang pernah menjadi saksi reformasi 1998, kembali menjadi pusat perhatian.
Demonstran berupaya menembus blokade, dibalas dengan gas air mata dan water cannon. Bentrokan antara massa dan polisi tak terelakkan, mengingatkan kita pada masa-masa kelam di penghujung era Soeharto.
Situasi semakin memanas ketika insiden tragis menimpa Affan Kurniawan, seorang driver ojek online yang meninggal tertabrak mobil Brimob pada Kamis malam (28/8/2025).
Kematian Affan menjadi simbol penderitaan rakyat kecil yang terjepit di tengah ketidakpedulian para elit politik.
Pemuda 21 tahun tumpuan keluarga yang berjuang mencari nafkah dengan berkeliling kota itu menjadi korban dari kericuhan yang seharusnya tidak perlu terjadi jika para wakil rakyat lebih peka terhadap kondisi konstituennya.
Ketika Loyalitas Bertemu Realitas
Gelombang kekecewaan dan kemarahan publik atas sikap serta ucapan para legislator tak bisa diabaikan begitu saja.
Suara itu akhirnya sampai ke telinga para pimpinan partai politik, yang selama ini menjadi kendaraan bagi mereka untuk bisa menempati kursi empuk di Gedung DPR RI, gedung yang sejatinya menjadi tempat aspirasi masyarakat Indonesia diperjuangkan.
Dari Partai NasDem, Sekretaris Jenderal Hermawi F Taslim menyampaikan keputusan tegas yang langsung ditetapkan oleh Ketua Umum Surya Paloh.
“Terhitung sejak Senin, 1 September 2025, DPP Partai NasDem menonaktifkan saudara Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem,” tegasnya dalam keterangan pers yang disampaikan dengan nada serius.