
Sistem kapitalis tidak akan pernah memiliki sumber pendapatan negara yang kokoh, sebab sumber utama pendapatan negara kapitalisme berasal dari pajak dan hutang. Jadi, semakin jelas dan terang benderang bahwa program MBG ini hanya ikut-ikutan dan agar terkesan populis.
Sehingga masyarakat mengira jika penguasa mereka perhatian kepada rakyatnya, padahal inilah realita dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, sama dengan ngemodal sendiri segala sesuatunya. Tetapi di mata orang awam, penguasa adalah pahlawan yang hebat. Demikian kiranya wajah asli kapitalisme.
Berbeda dengan Islam, pemimpin Islam tentu tidak akan pernah terbersit untuk membuat program MBG, karena kecukupan gizi menjadi tanggung jawab negara, melalui mekanisme keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, kemudian lanjut negara.
Negara akan membuat lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi para ayah, mereka dipastikan bisa memenuhi kebutuhan nutrisi keluarganya. Jika para ayah tidak mampu, masih ada mekanisme keluarga yang lain, dan urutan seterusnya, kemudian negara, yang akan menjamin secara langsung. Jika keluarga tidak mampu mengcover kebutuhan nutrisi keluarga.
Sebuah kisah indah di masa kepemimpinan Umar bin Khattab, ketika beliau menjadi pemimpin umat, tepatnya di negeri Habasyah, kesejahteraan rakyatnya sungguh terjamin, tidak ditemukan orang yang miskin, sehingga kas baitul mal yang banyak bingung harus diberikan kepada siapa, karena semua anggota masyarakatnya sudah terpenuhi kesejahteraannya, yang akhirnya harta baitul mal itu diberikan kepada muda mudi yang baru menikah, untuk bekal mereka berumah tangga.