
Tak heran, pada saat itu nanas lebih sering dipajang sebagai dekorasi daripada dikonsumsi. Kaum elit bahkan menyewakan nanas hanya untuk dipamerkan di pesta-pesta sebelum akhirnya dikembalikan.
Pada abad ke-17, nanas bukan sekadar buah tropis, melainkan simbol kemewahan dan menjadi bahan “flexing” di kalangan bangsawan Inggris.
Raja Charles II bahkan mengabadikan momen saat ia menerima nanas dalam sebuah lukisan karya Hendrick Danckerts pada tahun 1675, menandai betapa istimewanya buah ini pada zamannya.
Kepopuleran nanas juga menginspirasi desain arsitektur dan seni, terlihat dalam ornamen berbagai bangunan bersejarah di Inggris, termasuk menara barat Katedral St. Paul dan Dunmore Pineapple di Skotlandia.
Kini, warisan kemewahan itu hidup kembali di Kabupaten Subang, yang telah menjelma menjadi pusat produksi nanas terbesar di Jawa Barat.