Ragam

Mengulas Kampung Naga Tasikmalaya Sebagai Warisan Budaya Sunda

×

Mengulas Kampung Naga Tasikmalaya Sebagai Warisan Budaya Sunda

Sebarkan artikel ini
kampung naga
Pemandangan kampung naga di Tasikmalaya (foto: Tangkap layar Youtube @Rasyida Isma)
kampung naga
Pemandangan kampung naga di Tasikmalaya (foto: Tangkap layar Youtube @Rasyida Isma)

Selain itu, dapat pula ditempuh melalui rute Tasikmalaya-Garut, dengan jarak tempuh sekitar 30 km. Hingga ke Kampung Rancak (Salawu) tadi. Di kampung inilah Dinas
Pariwisata Tasikmalaya mendirikan gapura selamat datang, lahan parkir wisatawan, dan pusat informasi wisata, serta sejumlah bangunan tambahan.

Baca Juga:  Komisi V DPRD Jawa Barat Minta Pemerintah Melestarikan Warisan Budaya Tak Benda Kesenian Kuda Renggong

Lalu melalui tangga di sisi barat area ini, pengunjung meneruskan perjalanan menuju Kampung Naga sejauh sekitar 800-900 meter lagi dengan berjalan kaki.

Pertama-tama menuruni jalan kecil yang berbelok-belok hingga ke tepian Sungai Ciwulan. Jalan kecil ini merupakan jalanan semen yang dibuat berundak dengan anak tangga (Sunda: sengked) sebanyak 335 buah anak tangga dengan kemiringan + 450 derajat.

Baca Juga:  Kerajinan Anyaman, Potensi Industri Rumahan di Rajapolah Tasikmalaya

Kemudian melalui sebuah jembatan dari anyaman bambu menyeberangi sungai dan kembali menyusuri tepian Sungai Ciwulan hingga ke bagian depan kampung tersebut.

Baca Juga:  Sebar Video Syur Kekasihnya, Seorang Sopir Truk di Tasikmalaya Harus Rela Tidur di Penjara

Mata pencaharian utama penduduk Kampung Naga adalah bertani sistem tadah hujan atau irigasi dari air pegunungan. Lahan pertanian masih diolah dengan cara dan peralatan tradisional, di cangkul, di guru, di maluku, dan lain-lain. Sebagai penyubur, umumnya digunakan pupuk kandang.

Pages ( 2 of 3 ): 1 2 3

Tinggalkan Balasan