Bagi Pramono, pasar malam bukan sekadar tempat berdagang, melainkan ruang budaya yang menghubungkan masa lalu dan masa kini.
“Melestarikan seni adalah cara kami menjaga warisan leluhur,” katanya.
“Semoga generasi muda melihat bahwa budaya bukan barang lama, tapi napas yang harus terus dijaga,” sambung Pramono.
Malam di Bandar Klippa itu berakhir dengan tepuk tangan panjang, tanda bahwa semangat budaya Jawa masih berdenyut, hidup dalam nada gamelan, dalam langkah para penari, dan dalam tekad mereka yang menolak lupa. (rls)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





