JABARNEWS | JAKARTA – Di tengah terik Jakarta Timur, Jimmi memanjat tangga besi dengan perkakas di tangan. Sejak pagi, ia telah memperbaiki tiga unit AC rusak. “Biar panas, yang penting keluarga bisa makan,” ujarnya.
Bagi pria kelahiran 1965 ini, setiap panggilan adalah harapan untuk rezeki untuk makan setiap hari. Bagi Jimmi, setiap panggilan yang datang dari pelanggan bukan sekadar panggilan kerja, melainkan dentang harapan.
Ia yang memulai karir sebagai teknisi AC pada 1990 silam, tak pernah menyangka bahwa 35 tahun kemudian, tangannya masih setia membawa obeng dan tang ke rumah-rumah warga Jakarta.
Usianya yang tak lagi muda justru menjadi saksi betapa tekadnya untuk memastikan anak semata wayangnya, tak perlu terjun ke lapangan pekerjaan di usia dini seperti dirinya.
“Saya ingin dia punya pilihan hidup yang lebih baik,” ucapnya, sembari menatap foto anaknya yang terselip di dompet usang.