JABARNEWS | PURWAKARTA – Kesenian Domyak Purwakarta yang berasal dari Desa Pasir Angin, Kecamatan Darangdan, kini menghadapi ancaman kepunahan meskipun telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.
Pasalnya, hanya segelintir orang tua yang masih bisa memainkan alat musik pengiring kesenian tradisional ini.
Domyak merupakan seni ritual mapag hujan, yang dahulu dimainkan saat musim kemarau panjang. Tradisi ini menjadi wujud doa masyarakat kepada Sang Pencipta agar menurunkan hujan.
Seni ini dulunya dikenal dengan nama Buncis, sebelum pada 1980-an berubah menjadi “Domyak”, singkatan dari “Ari Dur Ari Rampayak”, yang bermakna: saat bunyi dur (bedug) terdengar, penari segera menari.
Nama ini diperkenalkan oleh tokoh seni lokal Mama Nuria dan Abah Janata, yang saat itu memimpin kelompok kesenian Domyak.