Daerah

HUT RI ke-80: Pemuda Pangandaran Hadirkan Teknologi Limar, Kini 40 Rumah Warga Bercahaya!

×

HUT RI ke-80: Pemuda Pangandaran Hadirkan Teknologi Limar, Kini 40 Rumah Warga Bercahaya!

Sebarkan artikel ini
HUT RI ke-80: Pemuda Pangandaran Hadirkan Teknologi Limar, Kini 40 Rumah Warga Tak Lagi Gelap!
Warga Desa Bagolo kini menikmati penerangan gratis dari teknologi Limar tenaga surya.

JABARNEWS | BANDUNG – Di tengah gegap gempita perayaan HUT RI ke-80, sekelompok anak muda di Pangandaran memilih merayakannya dengan cara berbeda. Lewat program bertajuk “Memerdekakan dari Penjajahan Kegelapan”, mereka menghadirkan sebuah teknologi tepat guna bernama Limar (Listrik Mandiri Rakyat). Inovasi tenaga surya ini menyalakan harapan bagi 40 rumah warga Desa Bagolo yang selama ini hidup dalam keterbatasan penerangan.

Cahaya Baru untuk Desa Bagolo

Program sederhana namun penuh makna ini menyasar keluarga-keluarga yang hidup dalam gelap. Selama ini, mereka kesulitan memenuhi kebutuhan penerangan, apalagi kebutuhan dasar lainnya.

Acara simbolis berlangsung di rumah Pak Rasman, warga RT 07 RW 09. Lokasi ini menjadi titik awal penerapan program ini yang berlangsung 28-29 Agustus 2025.

Komunitas Pemuda Istimewa tidak sendirian. Mereka mendapat dukungan penuh dari Bank BJB. Bersama-sama, mereka menghadirkan solusi nyata agar masyarakat bisa menikmati terang meski dalam kondisi ekonomi yang terbatas.

Pemasangan instalasi Limar (Listrik Mandiri Rakyat) di salah satu rumah warga penerima manfaat.

Kisah Pak Rasman, Hidup dalam Gelap dan Keterbatasan

Di balik program ini, tersimpan kisah getir warga seperti Pak Rasman. Sehari-hari, ia menganyam lidi menjadi sapu. Namun hasil jerih payahnya sangat kecil.

Baca Juga:  Dapatkan Hadiah & Cashback Di Samsung Experience Store Purwakarta

“Sapu lidi saya jual cuma seribu rupiah. Sehari paling dapat lima ribu rupiah, jadi sebulan cuma sekitar seratus lima puluh ribu,” ujarnya lirih.

Dengan penghasilan sesedikit itu, membeli penerangan menjadi beban berat. Ia mengaku sering harus rela gelap-gelapan.

“Kalau mau pakai lampu cempor, harus beli minyak tanah 17 ribu per liter. Satu liter cuma cukup seminggu. Tapi karena tidak ada uang, ya kebanyakan gelap-gelapan. Curuk saja tidak kelihatan,” tambahnya.

Kondisi hidupnya makin terasa berat karena kebutuhan makan sehari-hari pun kerap bergantung pada apa yang ada. “Kalau ada beras, ya masak beras. Kalau tidak, makan singkong atau daun-daunan, yang penting bisa makan,” kata Pak Rasman.

Luka Lama Tsunami, Semangat Bertahan Hidup

Bukan hanya soal kemiskinan. Pak Rasman juga menyimpan kenangan pahit dari tsunami Pangandaran tahun 2006. Ia dan istrinya selamat hanya dengan pakaian di badan. Semua harta benda, termasuk rumah, hancur tanpa sisa. Sejak itu, ia hidup di rumah sederhana yang kini ditempatinya.

Baca Juga:  Peluncuran Prangko Seri “Para Pendiri Bangsa”: Hidupkan Kembali Semangat Kemerdekaan

Namun, meski dilanda ujian berulang, semangatnya untuk bertahan tetap menyala. Kisahnya menjadi simbol bagaimana warga Desa Bagolo mencoba terus berdiri di tengah keterbatasan.

Limar: Inovasi Anak Bangsa untuk Merdeka dari Gelap

Di balik program ini, Komunitas Pemuda Istimewa menghadirkan sebuah inovasi yang mereka sebut Limar (Listrik Mandiri Rakyat). Limar adalah instalasi teknologi tepat guna yang sederhana. Sumber listriknya berasal dari tenaga surya melalui solar cell.

Setiap rumah penerima bantuan mendapatkan Limar secara gratis. Tidak ada biaya bulanan yang harus dibayar, karena energi murni berasal dari matahari. Alat ini juga sangat mudah dipasang di rumah-rumah sederhana.

Lebih dari itu, setiap rumah menerima lima lampu tenaga surya untuk penerangan malam hari. Kehadiran lampu ini terasa begitu berarti, khususnya bagi warga miskin yang selama bertahun-tahun hidup tanpa listrik dan tidak mampu membayar tagihan bulanan PLN.

Baca Juga:  Peresmian Tugu 0 Km Pangandaran: Bupati Jeje Wiradinata Apresiasi Komunitas Motor

Inovasi Limar adalah bukti nyata kepedulian anak bangsa. Dengan semangat kemerdekaan, Komunitas Pemuda Istimewa ingin membebaskan saudara-saudara mereka dari kegelapan malam yang sudah terlalu lama menyelimuti.

Merdeka dari Gelap, Merdeka dari Keterbatasan

Melalui program ini, cahaya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga menghadirkan rasa merdeka. “Kemerdekaan tidak hanya dirayakan dengan upacara dan pengibaran bendera, tetapi juga dengan aksi nyata. Kami ingin memerdekakan masyarakat dari gelapnya keterbatasan,” tegas koordinator program yang memilih tidak disebutkan namanya.

Bagi warga seperti Pak Rasman, bantuan penerangan ini sangat berarti. “Alhamdulillah, saya merasa sangat terbantu. Terima kasih,” ucapnya penuh haru.

Program ini menjadi bukti bahwa semangat kemerdekaan bisa diwujudkan lewat kepedulian. Tidak selalu dengan seremoni megah, melainkan dengan tindakan sederhana yang memberi dampak nyata. Komunitas Pemuda Istimewa menunjukkan, cahaya bisa datang dari siapa saja—bahkan dari mereka yang hanya ingin berbagi semangat kemerdekaan untuk sesama.(Red)