Daerah

Angka Pernikahan di Kuningan Terus Turun, Ekonomi hingga Tren Perceraian Jadi Faktor

×

Angka Pernikahan di Kuningan Terus Turun, Ekonomi hingga Tren Perceraian Jadi Faktor

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi kegagalan pernikahan seorang pria dengan gadis asal Purwakarta
Ilustrasi kasus gagalnya pernikahan pasangan di NTT (foto: istimewa)

JABARNEWS | KUNINGAN – Jumlah pasangan yang menikah di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, terus menyusut dalam lima tahun terakhir.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2020 ada 9.705 pernikahan. Setahun kemudian turun menjadi 9.108, lalu 8.922 di 2022, 8.568 di 2023, dan anjlok ke 7.710 pada 2024.

Kecamatan Kuningan menjadi wilayah dengan pernikahan terbanyak pada 2024, yakni 739 pasangan. Sebaliknya, Kecamatan Cilebak mencatat angka terendah, hanya 75 pasangan.

Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Kementerian Agama (Kemenag) Kuningan, Ridlo, mengakui tren penurunan tersebut.

Baca Juga:  Prabowo Subianto Minta Warga di Kubingan Hemat Air dan Jangan Sia-siakan

Ia menyebut jumlah itu jauh berbeda dibanding periode sebelum pandemi COVID-19.

“Tahun kemarin saja 7.710, padahal sebelum COVID-19 bisa sampai 10 ribu pernikahan. Kayak di Cilebak, sekarang nggak sampai 100, dulu bisa 150,” kata Ridlo, Selasa, 9 September 2025.

Menurutnya, kekhawatiran soal ekonomi menjadi alasan utama banyak warga menunda menikah.

“Masyarakat belum percaya diri karena tuntutan hidup. Ada ketakutan, menikah itu berarti harus siap kebutuhan ekonomi,” ujarnya.

Selain ekonomi, tingginya angka perceraian juga membuat generasi muda ragu melangkah ke pelaminan.

Baca Juga:  Polda Metro Jaya Sebut Sudah Kantongi Identitas Pemotor yang Membawa Atribut Khilafatul Muslimin

Banyak pasangan muda gagal mempertahankan rumah tangga, bahkan baru setahun menikah.

“Fenomena perceraian jadi momok. Usia pernikahan 0 sampai 10 tahun itu rawan,” ucapnya.

Ridlo menambahkan, perubahan aturan batas usia minimal menikah sejak 2019 juga berpengaruh. Kini, laki-laki maupun perempuan baru boleh menikah di usia 19 tahun.

Di sisi lain, banyak anak muda memilih fokus kuliah atau menyiapkan diri lebih matang sebelum menikah.

Faktor lain datang dari gaya hidup. Pergaulan di kota besar hingga paparan media sosial membentuk pola pikir generasi muda di Kuningan.

Baca Juga:  Tikam Pemilik Warung, Warga Kuningan Dibekuk Polisi Indramayu

“Banyak yang merantau ke Cikarang, Cikampek, atau Bandung. Pola pikir kota terbawa ke sini. Apalagi Gen Z sudah terbiasa dengan teknologi, informasi soal pernikahan mereka dapat dari sana,” katanya.

Untuk merespons situasi ini, Kemenag Kuningan gencar menggelar bimbingan masyarakat, baik untuk calon pengantin maupun pasangan muda.

“Kami dorong generasi muda punya bekal agama dan mental yang kuat. Siapa saja bisa datang ke KUA untuk konsultasi, dan itu gratis,” ujar Ridlo. (det)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News