“Oh Jakarta kelima? Hebat Jakarta. Bandung nomor satu dong,” lanjutnya sambil bercanda.
Farhan mengaku tidak bangga atas capaian itu dan menjadikan fakta tersebut sebagai pemicu untuk segera melakukan pembenahan sistem transportasi di Kota Bandung.
“Gini-gini, ini mah fakta bukan ngeles, jumlah warga Kota Bandung 2,6 juta, kendaraan pribadi berplat nomor D, Bandung itu 2,3 juta. Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang bahwa memastikan strategi kendaraan umum sistemnya dengan sistem yang tidak menggunakan trayek,” jelas Farhan.
Sebagai langkah awal, Farhan menyatakan keberpihakannya kepada angkutan kota (angkot). Ia berencana mengubah regulasi trayek peninggalan masa lalu agar angkot menjadi lebih fleksibel dan kompetitif di era digital.
“Saya minta regulasi trayek yang peninggalan masa lalu itu harus diubah, sehingga angkot lebih fleksibel,” tegas Farhan.