Dedi menyayangkan kondisi Jawa Barat yang menurutnya kaya sumber daya namun tetap tertinggal. Hal itu menurutnya karena para pemimpin tidak memahami nilai-nilai filosofis dalam kepemimpinan.
“Jawa Barat itu kaya, tapi kenapa jadi miskin? Karena para pemimpinnya tidak paham filasafat,” ujar Dedi.
Ia juga menyoroti bahwa tidak sedikit kepala daerah yang kehilangan arah, visi jangka panjang, dan orientasi dalam membangun daerahnya, akibat tekanan dan pengaruh dari berbagai pihak.
Dedi menegaskan alasan dirinya tetap konsisten dan tidak mudah terpengaruh arus politik. Menurutnya, kepemimpinan bukan sekadar mengejar pujian atau kekuasaan.
“Saya ini memimpin bukan untuk sekadar dipuji, bukan untuk sekadar mengumpulkan suara, bukan juga soal dua periode. Bagi saya, kepemimpinan harus meninggalkan legacy, harus ada jejaknya, harus ada bekasnya,” tandas Dedi Mulyadi, mantan Bupati Purwakarta dua periode tersebut.(red)