
Selain branding visual, Dedi juga menekankan perlunya strategi yang mencakup aspek sensorik. Ia menyebutkan bahwa Pangandaran harus “terlihat, tercium, dan terdengar” oleh wisatawan. Ia mengusulkan agar desain arsitektur hotel, losmen, hingga rumah sakit mencerminkan ciri khas Pangandaran, serupa dengan konsep yang telah berhasil diterapkan di Bali.
“Pangandaran harus memiliki wangi khas yang membuat wisatawan ingin kembali. Ini bukan soal mistis, melainkan soal membangun identitas wisata,” katanya.
Dedi juga mendorong penggunaan kebaya bagi pegawai sektor wisata, termasuk petugas tiket dan staf hotel, guna memperkuat daya tarik budaya. Tak hanya itu, ia mengusulkan pertunjukan gamelan di setiap hotel sebagai elemen audio yang memperkaya pengalaman wisatawan.
“Kita harus menciptakan siklus ekonomi yang hidup. Tukang jahit kebaya, pengrajin gamelan, semuanya akan mendapat manfaat,” tegasnya. (Red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News