
“Nanti diverifikasi, jangan sampai ada yang motornya lima, emasnya tiga kilo, tapi nebus ijazah saja tidak mau,” kata Dedi.
Menurutnya, ada dua permasalahan utama dalam kasus ini, yakni ketidakmampuan ekonomi dan perilaku tidak bertanggung jawab. Di satu sisi, ada siswa yang memang tidak bisa menebus ijazahnya karena kondisi ekonomi keluarga. Namun di sisi lain, ada juga orang tua yang seharusnya mampu membayar tetapi tidak melakukannya.
Dedi juga menegaskan bahwa pemerintah harus berhati-hati dalam menyalurkan bantuan agar tidak salah sasaran. Ia mengingatkan agar yayasan pendidikan yang benar-benar membutuhkan dukungan mendapat perhatian, sementara yayasan yang tidak transparan dalam mengelola keuangan tidak mendapat keuntungan dari program ini.
“Jangan sampai yayasan yang baik tidak terbantu, sedangkan yayasan yang membandel malah mendapatkan bantuan besar,” katanya. (Red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News