
“Setda memang yang terbesar, yakni Rp 1,9 miliar dari total anggaran Rp 32 miliar. Setelah pemangkasan, anggarannya menjadi sekitar Rp 30 miliar untuk tahun 2025,” jelas Arif dikutip dari Tribunjabar.
Ia menguraikan, efisiensi terbesar dilakukan pada pos anggaran alat tulis kantor, perjalanan dinas, sewa fasilitas, serta belanja barang yang tidak mendesak.
“Namun, pengurangan ini tidak akan berdampak pada pelayanan publik, mengingat Setda lebih banyak mendukung pelayanan pimpinan. Kami optimis efisiensi ini dapat dilakukan tanpa gangguan berarti,” tambahnya.
Operasional Tetap Berjalan Normal
Arif menekankan bahwa efisiensi dilakukan secara bijak tanpa mengorbankan operasional penting, seperti penggunaan listrik atau fasilitas gedung pemerintahan.
“Listrik dan lift tetap beroperasi sebagaimana mestinya. Kami hanya mengefisiensi penggunaan, misalnya memastikan semua peralatan dimatikan setelah jam kerja usai,” tuturnya.