Empat Kecamatan Masih Terisolir, Pengungsi Mulai Terjangkit Penyakit

JABARNEWS | BANDUNG – Empat kecamatan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah masih terisolir, jalur darat menuju empat lokasi tersebut terputus akibat bencana gempa dan tsunami.

“Saat ini ada empat kecamatan yang masih terisolir di Kabupaten Sigi, yaitu Lindu, Kolwi, Kolawi Selatan, dan Pipiko,” jelas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Kantor BNPB Jakarta Timur, Kamis (4/10/2018).

Dilansir merdeka.com, untuk saat ini distribusi bantuan logistik dan penerjunan tim ke lokasi dilakukan menggunakan helikopter. Baik dari TNI, Basarnas, BNPB.

Baca Juga:  Beberkan Potensi Sektor Perikanan di Bekasi, Uu Ruzhanul Ulum: Ini Anugerah

Hingga Kamis ini, BNPB menyatakan korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah telah mencapai 1.424 orang. Sebanyak 1.047 jenazah yang telah diidentifikasi telah dimakamkan massal.

Dengan rincian di Donggala 144 orang, di Palu 1.203 orang, Sigi 64 orang, Parigi Moutong 12 orang, dan Pasangkayu Sulawesi Barat 1 orang.

Sementara luka berat, kata Sutopo ada sebanyak 2.549. Para korban dirawat di rumah sakit di Kota Palu dan di luar Palu. Sementara itu, korban hilang mencapai 113 orang. Hingga kini, kata dia, proses evakuasi dan pencarian korban masih terus dilakukan. Sutopo menambahkan jumlah pengungsi mencapai 70.821 jiwa yang tersebar di 141 titik.

Baca Juga:  Bawa Sabu di Dashboard Motor, Pengedar di Indramayu Diamankan

Sementara itu, kondisi pengungsi saat ini mulai terserang penyakit. Itu karena minimnya obat-obatan dan logistik.

Seorang warga bernama Kopriadi menyampaikan, di sembilan titik posko pengungsian banyak yang terjangkit penyakit, terutama anak-anak.

Selain itu, bantuan yang dikhususkan untuk ibu hamil dan bayi pun tak ada.

Baca Juga:  Pengumuman, Kominfo Buka Lowongan Untuk Jabatan Ini

“Susu tidak ada. Kami memang ada uang. Tapi siapa yang jual,” ujarnya.

Di Desa Wani Dua Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala pun bantuan hanya datang dua kali saat kedatangan Presiden Joko Widodo.

“Di sini lima dusun. Kadang satu dusun dihuni 100 kepala keluarga, kadang 50 kepala keluarga. Ada bantuan tapi enggak mencukupi. Bantuan sembako itu datang saat Pak Jokowi tiba. Setelah itu tidak pernah nerima,” jelas Kopriadi. (Vie)

Jabarnews | Berita Jawa Barat