Tak hanya itu, eksploitasi besar-besaran di kawasan Puncak Bogor akibat pembangunan vila, hotel, dan destinasi wisata berdampak serius terhadap siklus hidrologi. Debit air yang meningkat saat hujan menyebabkan banjir di daerah hilir seperti Bogor dan Jakarta. Hal serupa juga terjadi di Sukabumi dan Garut, di mana hutan lindung beralih menjadi lahan pertanian dan permukiman, memicu semakin seringnya bencana banjir dan longsor.
Sebagai organisasi yang peduli terhadap lingkungan, LDII Jawa Barat siap bekerja sama dengan Pemprov Jabar dalam upaya rehabilitasi hutan. Program penghijauan telah rutin dilakukan LDII, termasuk penanaman pohon di sekitar Sungai Citarum yang melibatkan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat.
“Kami siap mengerahkan sukarelawan LDII yang tersebar di seluruh Jawa Barat untuk melakukan penanaman pohon di daerah-daerah kritis yang mengalami deforestasi,” tegas KH Dicky.
Selain aksi penghijauan, LDII juga aktif mengedukasi masyarakat melalui seminar dan workshop terkait pentingnya menjaga ekosistem hutan. LDII bahkan mengusulkan pemanfaatan teknologi dalam konservasi lingkungan, seperti penggunaan drone untuk memantau perubahan hutan serta pengembangan aplikasi pelaporan deforestasi yang melibatkan masyarakat dalam pengawasan hutan.
Sebagai bentuk kontribusi terhadap lingkungan, LDII di beberapa provinsi telah menjalankan Program Kampung Iklim (Proklim) yang diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Program ini bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim.