JABARNEWS | JAKARTA – Di tengah krisis air bersih yang terus menghimpit warga Palestina di West Bank dan Gaza—hingga banyak dari mereka terpaksa meminum air bercampur garam laut—setitik harapan datang dari Bandung. Ratusan filter air Nazava buatan anak bangsa mulai dikirim secara bertahap oleh International Islamic Youth League (IIYL). Bantuan ini membawa pesan kuat bahwa di balik gelapnya bencana kemanusiaan, selalu ada tangan-tangan yang tetap ingin menolong.

Krisis Air Bersih yang Mendorong Aksi Nyata
Kebutuhan air bersih di Palestina mencapai titik kritis. Banyak warga hidup dalam kondisi serba kekurangan, terutama di Gaza. Karena pasokan air bersih terus menipis, sebagian warga terpaksa mengonsumsi air yang mengandung garam laut. Situasi ini memicu keprihatinan banyak pihak, termasuk IIYL yang selama ini berfokus membantu negara-negara muslim di Afrika.
Namun sekarang, hati mereka terpanggil untuk Palestina.
Executive Chairman IIYL, Muhammad Zuhaili, menegaskan urgensi ini.
“Saat ini, kita tahu bahwa kondisi rakyat Palestina sangat memerlukan air bersih. Kebutuhan air bersih menjadi isu yang urgent sekali karena rakyat di Palestina terpaksa meminum air yang mengandung garam laut. Sebuah tragedi yang memprihatinkan bagi kita sebagai manusia,” ujarnya dalam konferensi pers di Kedubes Palestina, Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Bantuan Nazava dari Bandung Mulai Mengalir
Karena kondisi darurat itu, IIYL bergerak cepat. Mereka menyiapkan 100–150 unit filter air Nazava untuk tahap pertama. Pengiriman dilakukan secara bertahap mulai akhir November atau awal Desember 2025.
Zuhaili berharap teknologi tepat guna ini bisa menjadi solusi praktis.
“Cara kerja Filter air ini tidak memerlukan listrik dan hanya mengandalkan gaya gravitasi. Kami berharap ini cocok bagi rakyat Palestina yang juga kekurangan pasokan listrik,” tukasnya.
Dia bahkan membuka peluang bantuan lanjutan.
“Jika nanti memang bermanfaat, kami akan kembali mengirimkan lagi lebih banyak alat serupa. Kalau ini sesuai harapan, kami juga akan mengirimkan Nazava ke negara-negara muslim di Afrika,” tegasnya.
Langkah IIYL ini menjadi bukti bahwa teknologi lokal mampu menjawab kebutuhan global.
Apresiasi Palestina terhadap Teknologi Anak Bangsa
Bantuan itu disambut hangat oleh Pemerintah Palestina.
Wakil Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Muammar M.H Milhim, merasa sangat berterima kasih dan mengapresiasi bantuan tersebut.
Dia bahkan kagum dengan inovasi filter air dari Bandung. Terlebih karena alat ini bekerja tanpa listrik dan bisa menghasilkan air minum langsung dari sumber air kotor.
“Kondisi rakyat kami saat ini memang sangat memprihatikan secara kemanusiaan. Semua serba kekurangan, termasuk kebutuhan air bersih. Seperti di wilayah West Bank, terlebih di Gaza,” katanya usai menerima bantuan Nazava secara simbolis.
Menurutnya, alat seperti ini bukan sekadar bantuan teknis. Ini adalah harapan baru bagi ribuan keluarga Palestina yang berjuang bertahan hidup di tengah tekanan perang.
Teknologi Nazava: Sederhana, Efektif, dan Teruji
Di sisi lain, Nazava datang dengan teknologi yang melewati proses riset panjang.
Owner Nazava, Ujang Koswara, menjelaskan kualitas filter ini sudah mendapat sertifikat dari WHO. Artinya, standar keamanannya teruji.
“Cara kerja alat ini sederhana, yakni menyaring air baku yang tidak layak konsumen menjadi air yang sehat dan bisa langsung diminum. Kuncinya ada pada filter air yang memiliki 3 tahap penyaringan,” ungkapnya.
Dia memaparkan tiga lapisan sistem filtrasi itu:
1. Keramik dari karang laut dalam yang berpori halus dan mampu menghalangi bakteri maupun kuman.
2. Nano silver yang berfungsi menghilangkan bau.
3. Karbon aktif yang menetralkan rasa air.
Hasilnya sudah lolos uji di 35 laboratorium berbeda di Indonesia. Ini menegaskan bahwa filter buatan Bandung ini benar-benar aman dan layak diminum.
Bahkan lebih jauh, teknologi Nazava tidak hanya menyasar Palestina.
Regional Business Development Director Nazava, Ilman Murgan, menegaskan manfaatnya bagi rakyat miskin di Indonesia.
“Karena masih banyak daerah di Indonesia, kebutuhan air bersih untuk masyarakat kita menjadi isu yang belum terselesaikan sampai sekarang,” katanya.
Nazava mudah dirawat, mudah dibongkar pasang, dan tidak memerlukan listrik.
Filter ini mampu mengubah air kolam, air sawah, bahkan air sungai dan air hujan menjadi air minum higienis.
Ilman berharap alat ini juga menjangkau warga miskin di pegunungan dan pedalaman. Karena di sanalah kebutuhan air minum sering kali luput dari perhatian.
Misi dan Fokus Kemanusiaan IIYL
International Islamic Youth League (IIYL) merupakan organisasi kemanusiaan internasional yang berdiri pada tahun 1991. Dalam berbagai dokumen resmi, termasuk pendaftaran organisasi, IIYL mencantumkan tahun berdiri 1991, dengan beberapa profil menyebutkan tanggal pendirian 1 Januari 1991. Sejak awal, organisasi ini memosisikan diri sebagai lembaga non-pemerintah, non-politik, dan non-profit yang berfokus pada upaya kemanusiaan lintas negara. Selama lebih dari tiga dekade, IIYL terus membangun jaringan global untuk memperluas dampak program-program kemanusiaannya.
Misi utama IIYL berakar pada komitmen untuk mengentaskan kemiskinan, meningkatkan kapasitas pemuda, serta memberikan perlindungan bagi kelompok rentan, termasuk anak yatim dan penyintas kekerasan berbasis gender. Di lapangan, organisasi ini menjalankan berbagai program bantuan darurat, pembangunan, hingga advokasi sosial. Fokus tersebut menjadikan IIYL sebagai aktor kemanusiaan yang hadir dalam konteks konflik, bencana, maupun kondisi sosial-ekonomi yang menuntut intervensi cepat dan berkelanjutan.
Dalam kiprahnya, IIYL melaksanakan sejumlah program konkret, mulai dari distribusi makanan untuk pengungsi dan internal displaced persons (IDP), pengeboran sumur dan proyek sanitasi di wilayah-wilayah Afrika, hingga program pendidikan seperti sponsor anak yatim, pembangunan sekolah, dan pemberian beasiswa. Mereka juga menggalakkan program pemberdayaan petani dan ketahanan pangan bekerja sama dengan lembaga internasional seperti FAO dan WFP. Selain itu, kampanye zakat, qurbani, dan bantuan Ramadan secara rutin digelar, terutama untuk masyarakat di Afrika Barat dan wilayah Horn of Africa. Salah satu kegiatan terbaru tercatat pada 11 Juni 2024, ketika IIYL melaporkan distribusi 110 metrik ton bahan pangan untuk IDP di DR Congo.(Red)





