
Kemudian Gus Baha juga menyinggung soal orientasi kebaikan yang kadang-kadang lebih ke membangun masjid ketimbang menyumbang fakir miskin.
“Gara-gara kamu bangun masjid terlalu mewah, ya tapi kadang-kadang kebaikannya itu orientasinya bangun masjid, nggak tertarik nyumbang fakir miskin. Wong saat itu cara berpikirnya begitu, mau apa?” ucap Gus Baha.
Lebih lanjut Gus Baha mengatakan soal audit secara syar’i antara pembangunan masjid, kepentingan untuk membantu fakir miskin, janda-janda hingga pendidikan.
“….. Manusia terbaik karena bangun masjid 2 miliar coba diaudit secara kepentingan syar’i, penting mana dengan kasih makan fakir miskin, penting mana dengan menikahkan janda, penting mana dengan pendidikan, apa artinya masjid mewah orang nggak tahu halal haram, nggak tahu najis, nggak tahu cara sesuci, nggak tahu cara adzan yang benar, terus penting mana beli kitab sama dipakai masjid, apa artinya beli kitab tapi nggak makan, penting mana makan sama beli kitab,” tuturnya.
“Ada auditnya, makanya manusia itu ketika baik pun disuruh istighfar, apalagi ketika salah,” imbuh Gus Baha.