“Keluarga adalah tiang pertama yang menentukan ke arah mana kita melangkah. Dari keluarga yang sehat dan sejahtera lahir masa depan yang penuh harapan,” katanya.
Ia menyebut stunting bukan hanya isu kesehatan, tetapi juga menyangkut masa depan dan kemanusiaan, terutama pada kelompok usia dini yang rentan.
Siti Farida menjelaskan, berdasarkan data e-PPGBM, prevalensi stunting di Kota Cirebon menurun dari 12,83 persen (2022) menjadi 11,66 persen (2023). Namun, menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), justru tercatat peningkatan dari 17 persen (2022) menjadi 19,9 persen (2023).
“Ini menyadarkan kita bahwa masih terdapat persoalan struktural yang belum tuntas, baik dari sisi edukasi keluarga, akses gizi, air bersih, maupun layanan kesehatan dasar,” ungkapnya.
Wakil Wali Kota juga menyoroti pentingnya peran perempuan dan ibu dalam upaya mencegah stunting.





