JABARNEWS | MAJALENGKA – Persaingan karya seni di masa-masa mendatang akan lebih terbuka. Hanya saja, pada sisi lain, terciptanya persaingan pasar yang lebih banyak ini akan cenderung kurang sehat. Mengingat pada umumnya, sebagian seniman berpola pikir asal banyak karya, namun abai terhadap esensi seni tradisi.
Hal ini terungkap dalam diskusi 17-an yang digelar Dewan Kesenian dan Kebudayaan Majalengka (Dekkma) yang berlangsung di aula Disparbud, Rabu (17/10/2018) sore.
Budayawan dari Cianjur, Tatang Setiadi saat menjadi narasumber mengatakan bahwa semakin hari banyak bermunculan seniman prayek atau karya seni pesanan.
“Namun untuk menjadi seniman sejati, tampaknya tetap harus mengutamakan esensi seni. Sehingga nilai-nilai luhur dan tradisi tetap terjaga,” ungkapnya.
Tatang mengatakan persaingan pasar seni umumnya karena daya beli masyarakat terhadap karya seni dinilai cukup mampu, sehingga tidak terlalu terkendala dalam proses berkesenian. Namun hal itu juga tergantung dari kultur dan budaya hidup seniman tersebut di kota atau perdesaan.
“Kalau di kota, cenderung lebih terbuka. Sementara kalau di pedesaan, memang diakui masih sulit untuk mendapatkan kepedulian masyarakat terhadap karya seni,” ungkapnya.
Sementara itu, salah seorang seniman Majalengka, Taufik Hidayat mengatakan Kabupaten Majalengka saat ini tengah melangkah pada situasi perkotaan yang akan lebih maju di masa depan. Hal itu seiring dengan telah beroperasinya BIJB Kertajati.
“Jadi saya secara pribadi tetap optimis bahwa peluang pasar seni itu sangat terbuka di Majalengka,” ungkapnya. (Rik)
Jabarnews | Berita Jawa Barat