Generasi Muda Mesti Kembangkan Pertanian, Ini Alasannya

JABARNEWS | BANDUNG – Sektor pertanian menyumbang kontribusi terbesar kedua dalam produk domestik bruto (PDB), setelah industri.

Namun, minat kewirausahaan di bidang pertanian masih masih rendah, terutama di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, perlu didorong keterlibatan mahasiswa.

Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit mengatakan, pertanian menjadi salah satu sektor yang berkontribusi terhadap PDB Indonesia.

Kontribusinya sebesar 13,45 persen atau kedua tertinggi setelah sektor industri sebesar 19,62 persen pada kuartal III-2019. Adapun pertumbuhan sektor pertanian sebesar 3,08 dari tahun sebelumnya.

“Bahwa sebagai negara agraris, sektor pertanian mampu berbicara banyak di level makro ekonomi sebagai penggerak roda perekonomian nasional,” kata Victoria dalam webinar bertajuk Youth Agripreneur Talk, Kamis (10/9/2020).

Baca Juga:  Robert Albert: Leg Dua Piala Menpora, Jangan Menyerah

Meski begitu, ia mengatakan, masih banyak generasi milenial yang berpikir skeptis dan memandang sebelah mata terhadap sektor pertanian sebagai suatu peluang usaha yang prospektif.

Menurut dia, para generasi muda bisa lebih berkiprah sebagai penerus dalam mengembangkan pertanian Indonesia. Terlebih bagi mahasiswa di jurusan pertanian.

“Kita harapkan tempat penggodokan itu di universitas sehingga bisa menciptakan entrepreneur. Jadi bukan hanya lulusan pencari kerja, tapi pemberi kerja,” katanya.

Direktur Oorange, Pusat Inkubator Bisnis Universitas Padjadjaran, Diana Sari mengatakan, kontribusi pertanian dalam pembangunan ekonomi tidak hanya berperan dalam pembentukan PDB.

Melainkan pula dalam penciptaan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan meningkatkan devisa negara secara umum. Pertanian adalah sektor yang penting karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Baca Juga:  Vaksinasi di Purwakarta Kian Gencar, Kali Ini Sasar Perkampungan

“Namun, kondisi saat ini pertanian masih kurang diminati oleh kalangan generasi muda, karena masih adanya stigma bahwa pertanian adalah miskin dan belum mampu memberikan kepastian,” katanya.

Padahal, pertanian skala kecil secara global merupakan penghasil sebagian besar pasokan makanan di dunia, yakni mencapai 80 persen berdasarkan pendataan FAO tahun 2017.

Diana mengatakan, Unpad menaruh perhatian kepada pengembangan agropreneur. Telah muncul inovasi dalam produk pertanian yang diharapkan bisa menjadi komoditi bernilai tinggi.

“Kami ada ubi herang mencrang yang jadi varian baru dari ubi cilembu, juga ada mango untuk kewirausahaan sosial. Itu contoh di mana agripreneur jadi unggulan bagi Unpad,” tuturnya.

Baca Juga:  Dongkrak Ekonomi, Pasar Rakyat Online Depok Libatkan Ojek Pangkalan

Dia menambahkan, pemerintah pusat juga saat ini menunjukkan perhatiannya kepada entrepreneurship melalui program Kampus Merdeka.

“Dulu tidak jadi satuan bagian yang wajib tapi sekarang dikasih kesempatan bagi mahasiswa untuk mengambil entrepreneurship. Di Unpad jadi tanggung jawab Oorange, kami buat kurikulumnya,” katanya.

Selain itu, entrepreneurship juga kini menjadi indikator penilaian suatu universitas. Hal tersebut merupakan dukungan yang positif untuk menumbuhkan entrepreneurship di universitas.

“Keberpihakan pemerintah dalam mewujudkan youth entrepreneur tinggi. Salah satu indikator peringkatan universitas adalah adanya entrepreneur,” tukasnya. (Yoy)