JABARNEWS | BANDUNG – Dari balik layar laptop dan deretan rumus XLOOKUP, seorang pegawai Kementerian Luar Negeri, Herardi Cahya Nagara, mencetak sejarah digital untuk Indonesia. Ia dinobatkan sebagai juara pertama ajang bergengsi Microsoft Excel World Championship Indonesia (MEWCI) 2024. Tak hanya itu, kemenangannya juga mengantarkannya meraih “golden ticket” ke panggung dunia: kejuaraan internasional di Las Vegas, Amerika Serikat, akhir tahun ini. Di balik sel Excel, Herardi membuktikan bahwa talenta digital Indonesia siap tampil di level global.
Performa Epik di Babak Final
Herardi bukan hanya menang, tetapi menang dengan cara yang luar biasa. Di babak final MEWCI 2024 yang disiarkan langsung dan disaksikan publik serta juri, ia tampil sangat konsisten dan memukau. Dalam suasana kompetisi yang menegangkan, Herardi menunjukkan ketenangan dan ketajaman berpikir. Ia menuntaskan berbagai soal kompleks dengan kecepatan dan ketepatan yang mengungguli puluhan peserta lain dari berbagai instansi.
“Bukan soal siapa yang hafal rumus paling banyak. Ini soal kemampuan memecahkan masalah di bawah tekanan waktu,” ujar Herardi dalam wawancara eksklusif yang tayang di akun Instagram resmi @fmwcindonesia.
Belajar Otodidak, Latihan Setiap Hari
Kemenangan Herardi bukan datang secara instan. Ia mengisahkan bagaimana dirinya belajar secara otodidak selama berbulan-bulan. Ia membiasakan diri dengan latihan harian, menyelesaikan simulasi berbasis studi kasus nyata, dan menguasai beragam fungsi lanjutan seperti XLOOKUP, INDEX-MATCH, hingga teknik pivot table.
Latihan intensif ini ia lakukan di sela-sela pekerjaan utamanya sebagai pegawai di lingkungan diplomasi negara. Ia membuktikan bahwa keterampilan digital bisa diasah oleh siapa saja yang mau konsisten dan disiplin.
MEWCI Bukan Sekadar Lomba Rumus
MEWCI 2024 tak hanya menjadi ajang unjuk kemampuan teknis. Kompetisi ini mengangkat keahlian Microsoft Excel ke level baru — sebagai seni berpikir logis dan cepat. Di tangan peserta seperti Herardi, Excel tak lagi sekadar alat bantu administrasi, melainkan panggung untuk menunjukkan kemampuan problem solving tingkat tinggi.
Menurut panitia, ajang ini membuka mata publik bahwa digital skill merupakan modal penting di era transformasi digital. Bahkan, MEWCI dianggap sebagai gerbang regenerasi bagi para talenta muda Indonesia yang siap unjuk gigi di level internasional.
Menuju MEWCI 2025: Lebih Besar, Lebih Inklusif
Kemenangan Herardi menjadi pemantik untuk pelaksanaan MEWCI 2025. Tahun ini, Pos Properti Indonesia bersama Pos Indonesia kembali menggelar kompetisi ini dengan skema yang lebih luas dan terbuka. MEWCI 2025 terbagi dalam dua kategori, yakni peserta dari BUMN dan kalangan profesional.
Sistem seleksi pun semakin ketat dan modern. Empat tahap penyisihan akan dilangsungkan secara daring, sebelum peserta terbaik melaju ke babak playoff. Menariknya, MEWCI kini menghadirkan sistem wildcard, memberi kesempatan kedua bagi peserta yang belum lolos di tahap awal. Ini membuktikan bahwa MEWCI tak sekadar kompetisi, tapi ruang belajar dan apresiasi.
“MEWCI bukan hanya lomba Excel. Ini cara kami mengangkat talenta digital Indonesia ke panggung dunia,” tegas Junita Roemawi, Direktur PT Pos Properti Indonesia.
Bagi yang berminat, pendaftaran masih terbuka dan dapat diakses melalui laman resmi: mewcis.posproperti.co.id.
Herardi, Simbol SDM Digital Unggul Indonesia
Di tengah gencarnya transformasi digital, kehadiran figur seperti Herardi menjadi simbol optimisme. Ia membuktikan bahwa Indonesia tidak kekurangan sumber daya manusia yang unggul di bidang teknologi informasi. Bahkan, di level global, Herardi kini bersiap mengibarkan Merah Putih dalam Microsoft Excel World Championship di Las Vegas.
Ajang ini juga menyiratkan pergeseran paradigma. Di masa lalu, Excel mungkin hanya dianggap sebagai pelengkap kerja. Namun kini, keahlian Excel justru menjadi kompetensi inti di berbagai bidang, dari keuangan, logistik, hingga diplomasi. Dan Herardi adalah bukti hidup bahwa talenta Indonesia mampu bersinar terang — bahkan lewat baris dan kolom spreadsheet.
Dengan langkah pasti, Herardi Cahya bukan hanya memenangi lomba, tetapi juga membuka jalan bagi generasi digital masa depan Indonesia. Dunia mungkin melihat Excel sebagai alat, tapi Indonesia melihatnya sebagai senjata untuk masa depan.(Red)