Selain itu, intervensi sensitif juga diperkuat melalui peningkatan akses air minum layak yang kini mencapai 86,2 persen, sanitasi layak sebesar 97,96 persen, serta pendampingan keluarga berisiko stunting.
“Kami turut mendorong konsumsi protein hewani melalui program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan),” kata Syaefudin.
Untuk tahun 2025, Pemkab Indramayu menetapkan 15 desa sebagai lokus prioritas pencegahan stunting. Sebanyak 5.000 kader aktif dikerahkan di desa-desa tersebut untuk memantau tumbuh kembang anak, memberikan edukasi gizi, dan mendampingi keluarga berisiko stunting.
“Kami menargetkan tren penurunan prevalensi stunting terus berlanjut, sehingga Indramayu dapat menjadi salah satu daerah percontohan percepatan penanganan stunting di Jawa Barat,” ucapnya. (Red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News