Jurnal Warga

Musyawarah yang Menyesatkan: Ketika Kepemimpinan Dipatahkan oleh Distorsi Komunikasi

×

Musyawarah yang Menyesatkan: Ketika Kepemimpinan Dipatahkan oleh Distorsi Komunikasi

Sebarkan artikel ini
Fajar Shiddiq Permana
Humas BKBH PP Persatuan Islam & Ketua PC Pemuda Persis Kiaracondong Moh. Fajar Shiddiq Permana, S.Kom.I., M.I.Kom. (Foto: Istimewa).

Musyawarah yang dilakukan dengan agenda tersembunyi, tekanan politis, dan tanpa dasar syar’i adalah bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai tersebut.

Dalam perspektif ilmu komunikasi, fenomena ini masuk dalam kategori distorted communication, sebagaimana dijelaskan oleh Jürgen Habermas. Musyawarah yang sehat harus terbuka, jujur, dan rasional. Bila syura dimanipulasi untuk menggulingkan pemimpin tanpa kesalahan syar’i, maka proses itu cacat legitimasi.

Baca Juga:  Memaknai Hari Ibu dalam Perspektif Islam

Erving Goffman dalam teorinya menyebut ini sebagai proses framing, yakni pembingkaian realitas untuk membentuk persepsi publik. Pemimpin bisa diposisikan sebagai sumber masalah, padahal yang terjadi hanyalah konstruksi naratif dari pihak-pihak yang ingin mengambil alih kendali.

Baca Juga:  Bantuan Sosial Tidak Tepat, Akibat Data Tidak Akurat

Dalam komunikasi bisnis, strategi semacam ini dikenal sebagai engineering crisis trust, membuat krisis kepercayaan secara sengaja untuk memicu pergantian kepemimpinan. Cara-cara ini tidak hanya merusak organisasi, tetapi juga keutuhan moral komunitas.

Baca Juga:  Bicara Tak Selalu Perlu, Saat Diam Bisa Jadi Strategi Terbaik

Rasulullah SAW bersabda: “Pemimpin adalah perisai. Umat berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.”
(HR. Muslim)

Pages ( 2 of 3 ): 1 2 3