Perjuangan itu tidak mulus. Di tengah pandemi 2020, tabungan pendidikan Dimas nyaris habis untuk biaya berobat istri tercinta, yang terkena tipus.
“Waktu itu, saya kerja 14 jam sehari. Bangun jam tiga pagi, pulang jam 11 malam. Tapi syukur, istri sembuh dan pelanggan mulai kembali,” cerita Jimmi dengan mata berkaca-kaca.
Ketekunannya tidak hanya menginspirasi keluarga. Di komunitas tukang AC Jakarta Timur, ia dijuluki “Mentor Tanpa Pamrih”.
Namun, di balik ketangguhannya, tubuh Jimmi menyimpan derita. Bekas luka di betis kanannya akibat jatuh dari tangga setinggi tiga meter pada tahun 2018 menjadi saksi bisu betapa ia kerap memaksakan diri.
Kini, lututnya kerap berbunyi “krek” saat menaiki tangga, tapi ia tetap menolak menggunakan jasa ojek online.