Seperti AC yang ia perbaiki, hidup Jimmi adalah siklus tanpa akhir: panas yang harus diubah menjadi dingin, keputusasaan yang dikonversi menjadi harapan.
Dan selama nafas masih mengalir, pria kelahiran 1965 ini akan tetap memanggul tangga besinya, melangkah di bawah terik Jakarta, dengan satu keyakinan selama ada kemauan, bahkan mesin paling rusak pun bisa kembali berdenyut.
Semoga dari kisah ini terbit sebuah gemerlap cahaya yang bisa menerangi para pencari nafkah yang rela banting tulang untuk keluarganya dirumah.(*)
Oleh: Dimas Satria Nugroho
*) Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta