Belajar dari Peristiwa Sejarah, Ini 6 Cara Hentikan Pandemik

Kompilasi & Translater : Ricky S

Di saat peradaban manusia mulai berkembang, penyakit menular pun ikut berkembang. Di masa lampau, hal inia terjadi akibat pola hidup penduduk dengan sanitasi dan nutrisi yang buruk atau berdekatan dengan hewan-hewan yang membawa penyakit.

Dampaknya, wabah pandemik hilang sendirinya dengan “bayaran” kematian yang besar, dan setelahnya prakarsa medis dan kesehatan masyarakat di era modern mampu menghentikan penyebaran pandemik.

Berikut 6 peristiwa pandemik terburuk di dunia dan cara mengakhirinya.

1. Membangun kekebalan tubuh (Wabah Yustinianus)

Wabah Yustinianus (Plague of Justinian) dikenal sebagai salah satu wabah paling mematikan yang pernah tercatat dalam sejarah.

Wabah ini disebabkan oleh Yersinia pestis, bakteri yang dibawa oleh tikus dan menyebabkan penyakit pes. Perlu diketahui kalau tiga pandemi paling mematikan dalam sejarah, yakni Wabah Yustinianus, Maut Hitam, Wabah Besar London yang disebabkan oleh bakteri ini.

Wabah Yustinianus sendiri menimpa ibu kota Kekaisaran Bizantium, Konstantinopel, pada tahun 541 M. Penyakit ini pertama kali “terangkut” melewati laut Mediterania (Mesir) yang baru saja ditaklukkan dan diperintahkan untuk membayar upeti kepada Kaisar Yustinianus.

Diduga kalau wabah ini berasal dari kutu yang berada pada tubuh tikus yang naik ke atas kapal. Wabah ini menghancurkan Konstantinopel dan dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa, Asia, Afrika Utara, dan Timur Tengah, serta menewaskan populasi sekitar 30 – 50 juta manusia atau sekitar setengah dari populasi dunia pada saat itu.

Thomas Mockaitis, seorang profesor sejarah dari Universitas DePaul, Chicago, berpendapat kalau orang-orang yang hidup pada masa itu belum memiliki pemahaman tentang bagaimana cara melawan pandemi ini selain mencoba untuk menghindari orang yang terjangkit penyakit pes.

Seperti yang dilansir dari Journal of Military and Veterans’ Health, wabah ini berakhir dengan menyisakan orang-orang yang berhasil bertahan hidup karena memiliki kekebalan terhadap bakteri tersebut.

2. Karantina (Maut Hitam)

Wabah atau “tulah” yang menggambarkan dunia di awal Abad Pertengahan tidak pernah hilang sepenuhnya. Wabah ini kembali 800 tahun kemudian dan dengan cepat menyebar ke penjuru Eropa atau benua biru. Wabah ini disebut “Black Death” (Maut Hitam), yang melanda Eropa di akhir Abad Pertengahan.

Dalam sejarah tercatat, diperkirakan 200 juta orang meninggal hanya dalam kurun waktu empat tahun (1347-1351). Adapun untuk menghentikan wabah ini, sekali lagi orang-orang pada masa itu masih belum memiliki pemahaman ilmiah tentang proses penularannya. Namun, mereka sudah sadar kalau penyebaran wabah ini ada hubungannya dengan kontak jarak dekat.

Baca Juga:  Dinilai Tak Ada Kontribusi Perusahaan, Sejumlah Pemuda di Purwakarta Keluhkan Ini

Hal ini membuat para petinggi yang berpikiran maju di Ragusa, kota pelabuhan yang dikontrol oleh Republik Venesia, memutuskan untuk mengisolasi pelaut yang baru tiba sampai terbukti kalau mereka tidak sakit.

Pada awalnya, para pelaut ditahan di kapal mereka selama 30 hari, yang kemudian dikenal dalam hukum Venesia sebagai “Trentino.” Seiring berjalannya waktu, Venesia meningkatkan isolasi paksa tersebut menjadi 40 hari atau disebut “quarantino.” Inilah asal muasal kata karantina (quarantine) dan awal mula praktiknya di dunia Barat.



3. Pembatasan aktivitas sosial (Wabah Besar London)

Di saat benua Eropa perlahan sembuh dari Maut Hitam, Kota London kembali diserang oleh wabah yang sama secara konstan. Wabah ini muncul kembali setiap 20 tahun dari tahun 1348 hingga 1665. Tercatat total 40 wabah dalam 300 tahun. Di saat wabah ini kembali, 20 persen pria, wanita dan anak-anak yang tinggal di ibu kota Inggris tersebut akan menjadi korban.

Pada awal 1500-an, Inggris memberlakukan hukum pertama untuk memisahkan dan mengisolasi orang yang sakit. Rumah-rumah yang penghuninya terjangkit wabah akan ditandai dengan tumpukan jerami yang digantung di sebuah tiang.

Jika kalian memiliki anggota keluarga yang terinfeksi, kalian harus membawa tongkat berwarna putih ketika pergi ke tempat umum. Seperti yang dilansir laman Historic UK. Wabah Besar London pada tahun 1665 adalah yang terakhir dan menjadi salah satu wabah terburuk selama berabad-abad karena menewaskan 100.000 warga London hanya dalam waktu tujuh bulan.

Pada saat itu, semua pertemuan publik dilarang dan para korban diisolasi paksa ke dalam rumah untuk mencegah penyebaran penyakit. Pintu mereka akan ditandai dengan salib merah dari cat. Mengurung orang sakit di rumah mereka dan menguburkan orang mati di kuburan massal menjadi satu-satunya cara untuk mengakhiri wabah besar tersebut.

4. Membuat vaksin (Cacar)

Walau saat ini terlihat sepele karena ada imunisasi, nyatanya cacar pernah menjadi momok bagi “Dunia Baru” pada gelombang pertama kolonialisme. Cacar adalah endemik yang datang ke wilayah Eropa, Asia dan Timur Tengah selama berabad-abad, yang menewaskan tiga dari sepuluh orang yang terinfeksi dan meninggalkan sisanya dengan bekas luka bopeng.

Baca Juga:  Begini Figur Keenam Calon Sekda Bogor Hasil Seleksi Administrasi

Namun tingkat kematian di Dunia Lama tidak lebih buruk jika dibandingkan dengan kerusakan yang ditimbulkan pada populasi di Dunia Baru, yakni ketika virus cacar pertama kali tiba di wilayah mereka pada abad ke-15.

Mengutip dari Science Magazine, virus ini datang bersamaan dengan para penjelajah Eropa pertama, dimana pribumi Meksiko dan Amerika Serikat tidak memiliki kekebalan alami terhadap cacar. Akibatnya, puluhan juta penduduk asli benua Amerika wafat karena virus ini.

“Belum ada pembunuhan dalam sejarah manusia yang dapat menyamai apa yang terjadi di Amerika. 90 hingga 95 persen populasi pribumi musnah selama satu abad,” ujar Thomas Mockaitis seperti yang dilansir dari The Hill.

“Populasi di Meksiko sendiri berkurang, yang pada awalnya (sebelum penaklukan) 11 juta orang menjadi satu juta orang.”

Berabad-abad kemudian, cacar menjadi epidemi pertama yang diakhiri dengan vaksin. Pada akhir abad ke-18, seorang dokter Inggris bernama Edward Jenner menemukan vaksin untuk cacar.

“Menghilangkan cacar, momok paling mengerikan dari spesies manusia, harus menjadi hasil akhir dari praktik yang saya lakukan,” tulis Jenner pada tahun 1801.

Dia pun berhasil walau butuh hampir dua abad lagi untuk membuktikan ucapannya. Tepat pada tahun 1980, World Health Organization (WHO) mengumumkan kalau pandemi cacar telah sepenuhnya “ditekan”.

5. Pengelolaan limbah dan sumber air bersih (Kolera)

Pada awal hingga pertengahan abad ke-19, penyakit kolera menyerang Inggris dan menewaskan puluhan ribu orang di sana. Teori ilmiah yang berlaku saat itu mengatakan kalau penyakit ini disebarkan melalui udara busuk yang dikenal sebagai “miasma”.

Namun seorang dokter Inggris bernama John Snow curiga kalau penyakit misterius itu, yang menewaskan para korbannya dalam beberapa hari setelah gejala pertama, mengintai dari sumber air minum London.

Snow pun menyelidiki catatan rumah sakit dan laporan kamar mayat untuk melacak lokasi pertama dari penyebaran wabah ini. Dia bahkan membuat grafik geografis yang dikenal sebagai Ghost Map, tentang kematian kolera selama 10 hari terakhir dan berhasil menemukan 500 infeksi fatal di sekitar pompa Broad Street.

Baca Juga:  Polri Sita 56 Kendaraan Terkait Kasus ACT, 44 Mobil 12 Motor

Seperti yang dikutip dari School History, Snow bersikeras meyakinkan para pejabat setempat untuk melepaskan pegangan pompa air di Broad Street, menjadikannya tidak dapat digunakan, dan seperti sulap, infeksi ini mulai berkurang.

Pekerjaan Snow tidak menyembuhkan kolera dalam semalam, tetapi pada akhirnya memicu upaya global untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya sanitasi perkotaan dan melindungi air minum dari kontaminasi.

Sementara penyakit ini berhasil diberantas di negara-negara maju, kolera masih menjadi momok menakutkan di negara-negara Dunia Ketiga yang tidak memiliki pengolahan limbah yang memadai dan akses ke air minum yang bersih.

6. Pembatasan skala besar dan pembuatan vaksin secara masif (Flu Spanyol)

Jika kalian menganggap flu sebagai penyakit yang sepele, mungkin kalian harus mencoba hidup di awal abad ke-20. Pada tahun 1918, wabah yang disebut sebagai Flu Spanyol atau “La Grippe” menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Asal mula penyebaran virus ini masih menjadi perdebatan sampai hari ini. Uniknya, tidak ada satu pun teori yang menyebutkan Spanyol sebagai wilayah awal dari penyebaran virus ini. Beberapa ahli justru menyebutkan Rusia sedangkan yang lain Prancis atau Swedia.

Pada tahun 1918-1919, virus ini terus menyebar selama babak akhir Perang Dunia I. Hanya dalam waktu dua tahun Flu Spanyol telah membunuh sekitar 50 sampai 100 juta orang di seluruh dunia, dan karenanya ditetapkan sebagai sebuah pandemik. Lalu, bagaimana cara masyarakat dunia menangani virus ini?

Melansir dari Stanford.edu, pada saat itu masyarakat mulai menerima otoritas pemerintah sehingga memungkinkan departemen kesehatan di beberapa negara untuk melakukan tindakan pencegahan dan pembatasan bagi mereka yang terjangkit virus ini.

Pandemi ini juga turut memberikan andil dalam pengembangan dunia sains, di mana vaksin mulai dibuat secara cepat dan masif. Penyebaran Flu Spanyol akhirnya terhenti, sebagian besar karena mereka yang selamat sudah memiliki kekebalan akan virus tersebut.

Nah, itu tadi 6 pandemi terburuk di dunia dan bagaimana itu berakhir. Tetap tenang dan jangan panik. Usahakan untuk mencuci tangan setiap saat dan menghindari kerumunan. Walau terlihat sederhana, hal-hal itu perlu dilakukan untuk mengurangi atau bahkan memutus penyebaran virus di sekitar kalian. (ITLA Jabar/ Kumpulan Guide Bandung/red)