“Rumus zionisme, kolonialisme, dan imperialisme dari dulu sama pecah belah. Karena itu, melawannya harus dengan persatuan perjuangan,” tegasnya.
“Front Anti-Imperialisme di seluruh dunia harus melampaui perbedaan ideologi, agama, mazhab, dan bangsa. Kita harus terpimpin, terorganisir, dan berlipat ganda,” lanjut Furqan.
Furqan menilai Palestina adalah garda terdepan perjuangan anti-imperialisme, sementara Israel menjadi benteng terakhir kolonialisme modern. Ia mengutip pernyataan Theodore Herzl, bapak pendiri Israel, dalam kongres Zionis pertama tahun 1897 yang menyebut bahwa pendirian Israel ditujukan untuk menopang kepentingan kolonialisme Barat di Asia Barat.
Menurutnya, praktik zionisme Israel merupakan bentuk kolonialisme pemukim (settler colonialism), sebagaimana dilakukan Inggris terhadap penduduk asli di Kanada, Australia, dan Amerika.
Terkait “solusi dua negara”, Furqan menilai konsep tersebut tidak lebih dari taktik politik Israel untuk menunda kemerdekaan Palestina.