Ia mengibaratkan anggaran yang dikelola secara terpusat seperti es batu yang mencair saat sampai ke daerah.
“Kami menerima laporan bahwa ada pengurangan porsi makanan yang seharusnya bernilai Rp10.000, tetapi yang diterima hanya Rp8.000. Ini tentu berdampak pada kualitas makanan dan harus menjadi perhatian,” tegasnya.
Lebih lanjut, Setyo menekankan perlunya transparansi dalam pengelolaan keuangan. Ia mendorong agar masyarakat serta lembaga independen turut berperan dalam mengawasi penggunaan anggaran, termasuk dengan memanfaatkan teknologi digital.
“Transparansi harus diperkuat dengan melibatkan masyarakat, termasuk NGO independen, serta menggunakan teknologi informasi agar pengawasan lebih efektif,” ujarnya.