Waduh! Jumlah Keramba di Waduk Saguling Over Kapasitas

JABARNEWS | BANDUNG – Jumlah usaha perikanan jaring apung di Waduk Saguling Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, semakin tidak terkendali dan melebihi kapasitas

General Manager PT Indonesia Power Saguling POMU, Rusdiansyah mengatakan jumlah keramba jaring apung di Waduk Saguling saat ini telah mencapai 35 ribu unit.

“Angka ini sudah melampaui daya dukung waduknya sendiri. Idealnya jumlah keramba di Waduk Saguling itu hanya 10 persen dari jumlah saat ini atau hanya 3.500,” kata Rusdiansyah saat menjadi pembicara pada acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Plaza Belakang Gedung Sate Bandung, Selasa (25/2/2020).

Baca Juga:  Jelang Bulan Ramadhan, Polres Majalengka Amankan Ratusan Botol Miras

Dengan semakin maraknya keramba jaring apung itu maka kondisi perairan di Waduk Jatiluhur menjadi kotor atau menjadi tercemar dan uumnya dikotori bambu bekas kolam ikan.

“Untuk mengatasi masalah tersebut maka alih profesi menjadi produsen briket dapat menjadi solusi lingkungan sekaligus perekonomian di Saguling,” paparnya.

Rudiansyah mengatakan Waduk Saguling saat ini juga menjadi tempat ‘penampungan’ sampah-sampah yang dibuang ke Sungai Citarum dan anak-anak sungainya.

“Sampah rumah tangga pun bercampur dengan eceng gondok dan menjadi masalah bagi PLTA Saguling yang selama ini menyuplai listrik untuk Pulau Jawa dan Bali,” jelasnya.

Baca Juga:  Erick Thohir Pastikan Semua Lapangan Stadion Piala Dunia U-20 Sudah Standar FIFA, Ini Buktinya

Pihaknya berupaya menangani limbah rumah tangga dan eceng gondok yakni dengan mendirikan pabrik yang memproduksi briket berbahan baku eceng gondok dan sampah rumah tangga.

“Jadi bagaimana kami olah sampah menjadi energi, sampah-sampah di waduk ini kita kumpulkan, angkat bersama eceng gondoknya. Kami keringkan dan olah menjadi briket. Setelah sampah jadi masalah, sekarang sudah jadi berkah,” kata Rusdiansyah.

Pabrik ini, kata dia, didirikan di sekitar Waduk Saguling, tepatnya di Desa Rongga dan Bongas dam pihaknya sudah melatih para petani keramba jaring apung dan warga sekitar menjadi pembuat briket tersebut.

Baca Juga:  Benarkah Jika Indonesia Keluar dari AFF, Bisa Lolos Piala Dunia? Ini Analisanya

Ia menjelaskan briket sampah ini kemudian kami gunakan menjadi bahan energi listrik dan ada laboratorium dan fasilitas yang didirikan di sekitar waduk di atas lahan seluas empat hektare.

“Kami akan terus mengembangkan pelatihan dan usaha ini,” tuturnya.

Dia menambahkan dalam sehari, pabrik briket ini mengolah tiga ton sampah menjadi satu ton briket dengan rincian pengunaannya sebanyak 50 persen sampah domestik dan sisanya yakni 50 persen eceng gondok. (Ara)