Waduh, Kabupaten Subang Darurat Sampah

JABARNEWS | SUBANG – Pemerintah Kabupaten Subang mengaku kewalahan mengatasi pengolahan sampah. Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Panembong, Kelurahan Parung, saat ini sudah melebihi kapasitas over capacity.

Saat ini volume sampah yang ditampung di TPA ini semakin meningkat. Dihitung dari rata-rata, volume sampah masuk ke TPA satu-satunya di Kabupaten Subang ini mencapi 40 ton per harinya.

“Volume sampah yang ditampung di TPA semakin meningkat. Jika di tahun 2017 lalu, rata-rata per hari 12 ton, sekarang rata-rata mencapai 40 ton per harinya,” ujar Kepala Unit Pelayanan Teknis TPA Panembong, Yaya Sunarya, Kamis (29/11/2018).

Baca Juga:  Menengok Desa Bojong Timur, Surganya Cemilan Tradisional di Purwakarta

Padahal, idealnya TPA Panembong hanya mampu menampung sekitar 20 ton perhari. Kini, pihaknya mengaku kebingungan mengatasi sampah pasca 2018 nanti.

“Saat ini saja kami sudah kerepotan. Kami sedang lakukan sejumlah upaya untuk mengatasi kondisi itu,” ungkapnya.

Kata Yayat, dengan volume sampah yang masuk, lahan seluas 6,5 hektare area TPA sudah nyaris tidak menampung. Yaya memprediksi, TPA Panembong hanya mampu menampung sampah hingga setahun ke depan.

Baca Juga:  Ternyata Ini Bahayanya Oleskan Minyak Kayu Putih ke Masker

“Sampah yang masuk terus bertambah, sementara luas lahan tidak bertambah. Tahun depan, sepertinya sudah tidak menampung lagi,” kata Yayat.

Menurut Yaya, pihaknya sudah menyarankan ke Pemkab untuk membebaskan tanah seluas 17 hektare yang ada di sekitar TPA saat ini. Namun, saran itu tidak digubris pemerintah.

Kondisi ini akan berdampak fatal, jika tidak segera diantisipasi dan dicari solusinya. Tahun 2019 kata dia, Subang akan berubah menjadi kota sampah.

Baca Juga:  Hanya 10 Tambang yang Sumbang PAD Purwakarta, Sisanya Ilegal

“Jadi kalau 2018 sudah ambang batas, kalau tak ada upaya tahun 2019, Subang diprediksi akan tertutup sampah,” paparnya

Warga setempat, Adih (45) meminta, pemerintah segera gerak cepat untuk menangani masalah sampah tersebut.

“Kita yang tidak jauh dari TPA posisinya serba salah. Saat kemarau, kita dapat baunya, apalagi pas musim hujan. Nah kalau TPA sudah gak bisa nampung lagi, dampaknya lebih fatal lagi, khususnya warga di sini,” keluh Adih. (Mar)

Jabarnews | Berita Jawa Barat