Siraman Panjang Jimat, Tradisi Keraton Kasepuhan Cirebon

JABARNEWS | KOTA CIREBON – Keraton Kasepuhan Cirebon menggelar upacara Siraman Panjang Jimat yang merupakan rangkaian acara Muludan, Kamis (15/11/2018).

Upacara dipimpin langsung Sultan Sepuh XIV Kesultanan Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat dan diikuti puluhan abdi dalem di Kaputren Komplek Keraton Kasepuhan Cirebon. Upacara dimulai sekitar pukul 07.30 dengan diawali doa.

Semua benda pusaka yang akan digunakan untuk menyimpan makanan saat upacara Panjang Jimat dikeluarkan dari tempat penyimpanannya. Satu per satu benda pusaka itu dicuci dengan air dari Sumur Kejayaan dan Sumur Agung di Komplek Keraton Kasepuhan Cirebon.

Baca Juga:  Dua Desa di Subang Dilanda Banjir

Setelah dicuci bersih dengan air, benda pusaka kemudian dilap sampai kering. Setelah itu, barulah dibungkus kain putih.

Proses Siraman berakhir dan semua benda pusaka selesai dibersihkan dan dibungkus kain putih, para abdi dalem membawanya ke tempat penyimpanan. Benda itu baru akan digunakan pada upacara Panjang Jimat yang merupakan puncak acara Muludan di lingkungan keraton. Puncak acara tahun ini jatuh pada 21 November 2018.

Baca Juga:  Diprediksi Arus Balik Melonjak, Inilah Imbauan Kapolri Bagi Pemudik

Benda pusaka yang dibersihkan antara lain tujuh piring besar, 28 piring sedang, dua botol tempat air mawar, dan dua guci. Benda-benda tersebut berusia lebih dari 500 tahun.

Sultan Sepuh XIV Kesultanan Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat mengatakan, upacara siraman panjang jimat merupakan tradisi leluhur Kesultanan Kasepuhan menjelang acara puncak Muludan. “Dibersihkan agar ketika digunakan nanti benda-benda tersebut benar-benar bersih,” ujarnya.

“Setiap 5 Maulud itu ada siraman panjang dan buka bekaseman dan siraman panjang ini merupakan siraman atau mencuci 9 piring paksi yaitu 9 piring Wali Songo yang besar tetapi untuk tahun ini hanya 7 yang keluar,” kata Sultan.

Baca Juga:  Info Penting Soal Penyaluran THR ASN, TNI, dan Polri dari Sri Mulyani

Pembersihan benda pusaka untuk acara Panjang Jimat, kata Sultan Sepuh, hanya sekali dalam setahun. Artinya, benda tersebut langsung disimpan tanpa dicuci terlebih dulu begitu selesai digunakan dalam upacara Panjang Jimat.

Setelah itu, barulah benda pusaka itu dibersihkan menjelang Panjang Jimat tahun berikutnya. “Tradisinya memang seperti itu,” ungkap Sultan. (One)

Jabarnews | Berita Jawa Barat