Dedi Mulyadi Ubah Kawasan Prostitusi Jadi Kompleks Mesjid dan Taman

JABAR NEWS | PURWAKARTA – Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengubah sebuah kawasan di Kecamatan Bungsursari Purwakarta yang awalnya merupakan kawasan prostitusi jalanan menjadi kompleks mesjid lengkap dengan hiasan taman disekelilingnya.

Langkah ini dilakukan oleh pria yang akrab disapa Kang Dedi tersebut untuk meningkatkan kehidupan religius sekaligus penataan kota di wilayah itu.

Kawasan yang termasuk ke dalam wilayah Desa Cikopo ini, sejak Tahun 1973 dikenal sebagai daerah “esek-esek” lengkap dengan deretan warung remang-remang yang berjejer di sepanjang Jalan Raya Bungursari Purwakarta.

Dalam rangka menghapus “wisata maksiat” itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi telah lama melakukan pendekatan kepada para mucikari penyedia jasa pekerja gender komersial disana.

Hasilnya, dari ratusan pekerja gender komersial, kini hanya tersisa sebanyak 70 orang saja. Itu pun, sudah dalam tahap koordinasi dengan pihak kepala desa dan kepala daerah tempat mereka berasal.

“Dulu ratusan, kini hanya 70 saja. Kami sedang membangun komunikasi aktif dengan para kepala desa dan kepala daerah karena mereka berasal dari luar Purwakarta. Saat saya tanya mengapa mereka enggan kembali ke wilayahnya, ternyata mereka terlilit hutang kepada rentenir,” jelas Dedi di sela Acara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Mesjid Raya Cilodong, Jum’at (12/05/2017), di Jalan Raya Bungursari Purwakarta.

Ikhtiar Dedi ini bukan tanpa rintangan, penolakan beberapa oknum masyarakat setempat juga dari pemilik warung remang-remang selama ini menjadi resistensi pelaksanaan program yang ia gagas. Namun, melalui konsistensi dan usaha keras, akhirnya program tersebut dapat terlaksana.

“Sudah banyak yang dilakukan, mulai dari pembongkaran warung dan lain-lain. Ini kan awalnya problem ekonomi yang berimbas menjadi penyakit masyarakat. Sekarang warung-warung tersebut sudah menjadi kios tanaman,” lanjutnya. 

Program Bupati yang juga merupakan Wakil Ketua PC Nahdhatul Ulama Purwakarta ini mendapatkan respon positif dari Ketua Majelis Ulama Indonesia, Kiai Ma’ruf Amin yang turut hadir dalam kegiatan tersebut.  Keturunan ke 14 dari Syaikh Nawai al Bantani, murid Baing Yusuf Purwakarta ini menyebut Dedi Mulyadi mengusung konsep “tawazun” ala Nahdhatul Ulama dalam menjalankan pembangunan.

“Ada banyak orang yang hebat menata kota tetapi tidak mampu membangun desa dan kebudayaan. Nah, di Purwakarta, semuanya dibangun secara seimbang, keduanya harmonis, ini tawazun antara dunia dan akhirat. Keduanya diayomi dan disentuh”, ungkapnya.

Menurut Rais ‘Aam PBNU tersebut, dirinya paling tidak melihat tiga hal dari pola kepemimpinan Dedi Mulyadi di Purwakarta. Ketigal itu tersebut meliputi inovasi, transformasi dan komitmen menjaga tradisi. Dedi pun ia nilai memiliki keberanian dalam membangun kebudayaan tanpa meninggalkan peran Agama.

“Dedi memiliki syarat pengalaman selama 10 Tahun dalam memimpin. Dia harus dijawabaratkan, kemampuan dia kan sudah saya lihat, mampu berinovasi dan bertransformasi sambil menjaga tradisi. Buktinya, program pendalaman kitab kuning itu sukses dijalankan di Purwakarta,” pungkasnya. (Red)

Jabar News | Berita Jawa Bara