Inilah Penemuan Para 4 Ilmuwan Muslim Tentang Tertawa

JABARNEWS | BANDUNG – Beberapa orang berpendapat jika tertawa adalah salah satu obat untuk tetap sehat bahkan sebagian orang pun menganggap dengan tertawa, dapat menjaga kita tetap awet muda.

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh direktur Center for Preventive Cardiology di University of Maryland Medical Center, Michael Miller, MD, di Baltimore, Amerika Serikat mengungkapkan bahwa orang yang lebih sehat ternyata lebih cenderung tertawa dan menggunakan humor untuk keluar dari situasi yang tidak nyaman.

Miller mengatakan bahwa dengan tertawa, hormon kortisol dalam tubuh akan menurun dan juga dapat mengurangi tekanan darah. Ia pun mengungkapkan, tertawa dapat mengurangi resiko penyakit jantung.

Jauh sebelum penelitian yang diungkapkan oleh Miller, ada pula 4 orang muslim yang melakukan sebuah penelitian tentang tertawa, diantaranya:

Muslim Ali ibn Rabban At-Tabari

Pada pertengahan abad ke-9, dokter Muslim Ali ibn Rabban at-Tabari menjelaskan tawa seperti ini: “Tertawa adalah hasil dari bergolaknya darah yang terjadi ketika manusia melihat atau mendengar sesuatu yang mengalihkan perhatiannya. Jika ia kemudian tidak menggunakan kemampuannya untuk berpikir, sehubungan dengan itu ia dilingkupi oleh tawa.”

Baca Juga:  Keren! Kesenian Rampak Genteng Majalengka Tampil di Jerman

Menurut Ibn Rabban, tertawa adalah hasil dari ketidakmampuan seseorang untuk berpikir secara rasional tentang sesuatu yang spontan. Setelah mengutarakan bagian tersebut, Ibn Rabban berbagi definisi Aristoteles tentang manusia sebagai binatang tertawa, diikuti oleh pengamatan filsuf Yunani yang mengatakan dari semua binatang, hanya manusialah yang dapat tertawa.

Abu Yusuf Al Kindi

Abu Yusuf al-Kindi adalah polymath muslim yang terkenal, yang juga hidup pada abad pertengahan ke-9. Ia mengomentari tertawa dalam sudut pandangan yang sama, “Mengalirnya darah di jantung dengan tenang bersama dengan kebesaran jiwa menuju titik di mana sukacita akan terlihat,” ungkap Abu Yusuf al-Kindi.

Baca Juga:  Meksiko Bungkam Jerman, Tim Eropa Pertama Yang Kalah Di Piala Dunia 2018

Ishaq bin Imran

Seorang pemikir yang muncul di akhir abad ke-9 mendefinisikan tentang tertawa dengan serupa tetapi lebih rinci. Dalam buku yang ia tulis ‘On Melancholy’, dirinya menggambarkan bahwa tertawa, anak-anak dan orang-orang mabuk sebagai hasil dari sukacita jiwa karena tenangnya aliran darah mereka. Tak hanya itu, ia juga menggambarkan bahwa tertawa berlebihan sebagai tanda dari kegilaan.

Pada abad ke-11, Constantinus Africanus menerjemahkan On Melancholy dari bahasa Arab ke Bahasa Latin dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Eropa lainnya dan digunakan sampai abad ke-17.

Ishaq bin Sulaiman

Dokter Ishaq bin Sulaiman adalah seorang murid yang terkenal yaitu, Ibnu Imran. Dia menyarankan bahwa kesedihan disebabkan oleh tidak lancarnya aliran darah dalam tubuh dan pelepasan secara tiba-tiba dari pembatasan aliran darah.

Baca Juga:  Puluhan Warga di Sukabumi Diduga Keracunan Makanan Hajatan

Oleh karena itu, tertawa dan sukacita disebabkan oleh sirkulasi darah yang sehat dan proses eksotermis yang bekerja di dalam tubuh. Sungguh menarik bahwa Ibn Sulaiman mengembangkan teorinya sendiri tentang tertawa bukan hanya meminjam dari gurunya, Ibnu Imran.

Pada tahun 1579, seorang pria bernama Joubert menterjemahkan beberapa karya dari Ibnu Sulaiman ke dalam bahasa Prancis. Joubert menyatakan bahwa definisi dari Ibnu Sulaiman tentang tertawa itu diklaim salah dan membuat ulang definisinya sendiri yang diklaimnya jauh lebih baik.

Itulah tadi beberapa hasil penemuan dari para ilmuwan muslim tentang tertawa. (Red)

 

Sumber ini diambil dari dream.co.id