Ia menekankan bahwa dunia saat ini sangat membutuhkan pemimpin spiritual yang mampu membangun perdamaian melalui nilai-nilai agama dan kearifan lokal yang humanis, inklusif, serta penuh cinta kasih.
“Dunia memerlukan religious leaders dan peacebuilders—figur yang mampu menghadirkan kedamaian lewat pendekatan spiritualitas dan kearifan lokal. Saya berharap riset ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi upaya menciptakan dunia yang damai dan berkeadilan,” tambahnya.
Nata Sutisna merupakan alumni dari kampus terkemuka di Tunisia dan memiliki latar belakang pendidikan dari SDN 1 Selaawi, MTsN Purwakarta, hingga MAN 1 Kabupaten Tasikmalaya.
Ia juga mengenyam pendidikan pesantren di beberapa lembaga, antara lain Ma’had Tarbiyah Islamiyah MTsN Purwakarta, Pondok Pesantren Sukahideng Tasikmalaya, dan Pondok Pesantren Al-Kautsar Cianjur.
Sebagai aktivis muda, Nata dikenal gigih memperjuangkan akses pendidikan bagi seluruh anak bangsa. Melalui IDE Indonesia, ia aktif dalam pemberdayaan pemuda di bidang pendidikan, demokrasi, sosial, budaya, dan keagamaan.
“Di hadapan Presiden Universitas dan para profesor di Amerika, saya tegaskan bahwa membangun perdamaian bisa dimulai dari komunitas lokal. Pengalaman saya bersama IDE Indonesia akan menjadi bagian penting dari riset yang saya presentasikan di sini,” pungkas Nata. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News