Ragam

Sejarah dan Makna Di Balik Larangan Menikah di Bulan Suro

×

Sejarah dan Makna Di Balik Larangan Menikah di Bulan Suro

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi pesta pernikahan.
Ilustrasi pengantin baru. (foto: istimewa)
Ilustrasi pesta pernikahan.
Ilustrasi pesta pernikahan. (foto: istimewa)

Ia menjelaskan bahwa Muharram adalah bulan prihatin bagi anak cucu Rasulullah SAW. Hal ini dikarenakan cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Husain bin Ali bin Abi Thalib, mengalami penganiayaan hingga akhirnya terbunuh. Oleh karena itu, bulan Asyura dianggap sebagai bulan duka.

Baca Juga:  P3DTPQ Gelar Bimtek Akreditasi, Sasar 64 Diniyah dan TPQ di Cianjur

Kiai Marzuki, pengasuh Pesantren Sabiilul Rosyad Malang, menegaskan bahwa seseorang yang mengaku mencintai Nabi tidak pantas mengadakan pesta pada bulan Muharram, termasuk pesta pernikahan. “Marilah kita menjaga adab hati kita,” kata Kiai Marzuki.

Baca Juga:  8 Lembaga Buka Rekrutmen CPNS 2024 Jalur Sekolah Kedinasan, Ini Rinciannya

Menurutnya, para kiai Jawa ingin menghormati dan menjaga hati ahlul bait dan habaib, sehingga mereka membuat aturan untuk tidak mengadakan pesta atau acara besar pada bulan Asyura. Umat Islam tidak pantas bersenang-senang ketika mengingat wafatnya Husain. (red)

Baca Juga:  Ramalan Zodiak Hari Ini, Jangan Lengah dan Tetap Fokus Untuk Memberikan Karya Terbaik!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Pages ( 3 of 3 ): 12 3