“Ini bukan sekadar hiburan. Kami ingin membuktikan bahwa kesenian Jawa tetap hidup dan relevan di tengah masyarakat modern,” ujar Pramono, matanya berkilat di antara riuh tepuk tangan penonton.
Sejak pukul delapan malam, area pertunjukan padat oleh warga dari berbagai usia. Anak-anak berlari di antara kerumunan, sementara orang tua menikmati alunan gamelan yang membawa mereka pada kenangan masa kecil di kampung halaman.
Gerak lincah para penari dan tabuhan kendang yang ritmis menjadikan suasana malam itu lebih dari sekadar tontonan, ia menjadi perayaan identitas.
Pertunjukan Singopati Sebomanggolo bukan hanya memperkenalkan kembali seni tradisi, tapi juga menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat Jawa di Deli Serdang.





