Kemarau Bikin Petani Beralih Jadi Pengrajin Bata Merah

JABARNEWS | MAJALENGKA – Sulitnya untuk menanam padi di puncak musim kemarau ini, membuat sebagian petani memanfaatkan tanah untuk membuat bata merah. Proses pembuatannya pun terlihat cepat, mengingat jemuran yang terik membuat proses pengeringan sangat terbantu.

Dalam sehari, warga/petani yang membuat cetakan bata merah bisa menghasilkan puluhan bahkan seratus bata sudah tercetak. Sehingga untuk pemesanan sekira tiga ribu bata merah bisa dikerjakan dalam waktu kurang dari sebulan. Apalagi jika dibantu warga lainnya, proses cetak bata akan semakin cepat, di luar proses pembakaran.

Baca Juga:  Ternyata Minyak Jelantah Bisa Dijadikan Sabun Cuci Piring, Begini Cara Buatnya

Salah seorang petani, yang juga pembuat bata di wilayah Ligung, Oco (52) mengatakan siklus antara musim hujan dan kemarau telah membuatnya mempersiapkan alternatif untuk menghasilkan sesuatu, selain dari menanam padi. Oleh karenanya, pada saat kesulitan air, ia telah promosi diri kepada kerabat dan kenalannya, bahwa dirinya siap untuk membuat bata merah manakal ada pemesanan.

“Karena kita tidak punya modal, maka saya ajukan kepada pemesan. Setelah semua sepakat, ya kita mulai bekerja buat tanah.bayarnya tetap, sesuai dengan harga pasaran bata. Saat ini harganya Rp. 650,- untuk satu bata.” ungkapnya, Minggu (7/10).

Baca Juga:  Mesin Produksi Alami Korsleting Listrik, Gudang Kapas di Kota Bandung Terbakar

Oco menambahkan musim panas yang terik sangat membantu proses pengeringan bata merah sebelum proses akhir pembakaran‎. Sehingga puncak kemarau ini dirasa sangat tepat untuk pembuatan bata merah.

“Karena percuma kalau menanam padi, kita kesulitan air. Bisa-bisa malah tekor, rugi. Al-hamdulillah kita petani masih bisa makan dan menutupi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Baca Juga:  Emil Terharu Saat Melantik Oded

Hal serupa diungkapkan petani/pembuat bata lainnya, Nunung mengatakan ia membuat bata merah untuk keperluan mendirikan bangunan rumahnya kelak. Alasannya hingga saat ini, ia masih menumpang di rumah orangtuanya.

“Kalau saya bantu suami buat bata, sebagai bahan dasar untuk nanti buat rumah sendirim, karena kalau beli lumayan mahal. Jadi kami buat sendiri saja, lebih menghemat,” ungkapnya. (Rik)

Jabarnews | Berita Jawa Barat