JABARNEWS | SUBANG – Angka penderita stunting (Gizi Buruk) di Kabupaten Subang, mencapai 4.000 jiwa. Jumlah itu berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Subang pada 2017. Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, Ahmad Nasuhi mengatakan jumlah tersebut merupakan angka yang tinggi.
“Bedasarkan data kami, pada 2017 ada sekitar 4.000 jiwa, kemungkinan pada 2018 ini bisa tembus angka 5000 an jiwa. Tapi kita masih mendatanya. Ini masih di bawah standar Nasional yakni 25 persen, kita sekitar 24 persenan,” kata Ahmad, Selasa (6/11/2018).
Ahmad menuturkan, untuk menekan peningkatan jumlah stunting, pihaknya telah memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan sasaran orangtua maupun kepada anak-anak usia pelajar. “Untuk saat ini kita fokus disosialisasi, tahun depan (2019), kita action ke lapangan,” ucapnya
Ahmad menambahkan, salah satu upaya untuk mencegah stunting adalah, terjadinya pernikahan di usia dini. “Ini yang terus kita sosialisasikan, karena usia di bawah 20 tahun, kondisi rahim atau reproduksi masih lemah, sehingga beroptensi akan berkontribusi anak yang dilahirkan menjadi stunting,” terangnya.
Sedangkan, angka pernikahan di usia dini di Subang pun tidak sedikit. Kondisi ini, dikhawatirkan akan berdampak pada meningkatnya jumlah stunting. “Usia di bawah 20 tahun ini kan kecenderungannya mereka masih senang bermain, bagaimana nanti dia merawat bayinya. Sebab, di usia 0 tahun sampai 2 tahun ini perlu perawatan yang ekstra,” terangnaya
Di samping itu, Pemerintah Kabupaten Subang sudah melakukan sejumlah upaya untuk mencegah stunting, di antaranya memberikan pemahaman kepada ibu hamil tentang pentingnya asupan gizi yang sehat. “Setelah bayai lahir, pastikan ASI ekslusif dan imunisasi untuk kekebalan tubuh bayi. Sebab, kalau usia sudah di atas 2 tahun, sulit untuk ditangani,” jelasnya.
“Stunting merupakan pertumbuhan tumbuh yang tidak normal akibat kekurangan gizi yang cukup, termasuk kurangnya pola asuh orang tua,” pungkasnya. (Mar)
Jabarnews | Berita Jawa Barat