Kepala SMAN 1 Maniis Purwakarta Ngaku Terpukul Dituding Korupsi, Sebut Ada Dalang Di Balik Aksi Siswa

JABARNEWS | PURWAKARTA – Menyikapi demo ratusan siswa SMAN 1 Maniis Purwakarta yang menunding dirinya korupsi dana pembangunan, Kepala SMAN 1 Maniis, Popong Siti Ratnasari, mengaku sangat terpukul.

“Sangat kecewa dituduh korupsi masalah dana pembangunan dan soal beberapa kelas yang kurang layak oleh siswa,” kata Nunung, kepada wartawan, Rabu (9/1/2019).

Nunung mengatakan, itu adalah fitnah yang berlatar kepentingan oknum dalam memprovokasi siswa agar melakukan aksi.

“Fitnah ini mencemarkan nama baik kepemimpinan saya sebagai kepsek. Saya sudah mendapatkan pembuktian bahwa ada dalang di balik aksi demo siswa siswi kemarin,” ujarnya.

Baca Juga:  Inilah Manfaatnya Meminum Air Kelapa Di Pagi Hari

“Saya tidak korupsi dana bangunan yang menyebabkan beberapa kelas kurang layak. Saya kepala sekolah baru yang melanjutkan kebijakan yang sudah ada pada pimpinan sebelum nya,” tambah Nunung.

Diketahui, ratusan siswa SMAN 1 Maniis, menggelar demo, Senin (7/1/2019). Mereka mendesak agar Kepala Sekolah SMAN 1 Maniis, mundur dari jabatannya.

Baca Juga:  Jaksa Tolak Eksepsi Terdakwa Kasus Meikarta

Saat demo yang berlangsung di halaman sekolah, ratusan siswa berkumpul dan meneriakkan agar sang kepala sekolah diganti.

Menurut salah seorang siswa, yang enggan disebutkan namanya, ratusan siswa ini berdemo karena masalah dana pembangunan di SMAN 1 Maniis dan soal beberapa kelas yang kurang layak.

“Kita melakukan demo ini untuk memperjuangkan ruang kelas yang rusak dan tak layak. Kami merasa dirugikan. Soalnya kami mendapatkan tempat yang tidak layak untuk dipakai belajar,” kata dia.

Baca Juga:  Kabag Pemerintahan Setda Kota Bandung: Pusat Kucurkan Rp. 53 Miliar Untuk Bantuan Kelurahan

Dikatakannya, saat ini ada dua buah ruangan yang rusak parah dan masih digunakan kegiatan belajar mengajar (KBM) oleh siswa-siswi SMAN 1 Maniis.

“Intinya kami udah mulai resah, sama janjinya kepala sekolah, tapi sampai saat ini buktinya gak ada. Udah gitu sebagian siswa ditempatkan di kelas yang tidak layak untuk dipakai belajar,” pungkasnya. (Nto)

Jabarnews | Berita Jawa Barat