Cerita Korban Banjir Serdang Bedagai Tinggal di Posko Pengungsian Selama 20 Hari, Setiap Malam Kedinginan

JABARNEWS I SERDANG BEDAGAI – Bencana banjir melanda sejumlah wilayah di Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara dengan ketinggian air lebih 1 meter. Ratusan warga terpaksa tidur di posko pengungsian yang didirikan BPBD dan Dinas Sosial setempat.

Selama tinggal di posko pengungsian, suka dan duka sangat dirasakan warga terdampak banjir, mulai meninggalkan rumah akibat terendam banjir, sampai tidur di posko pengungsian yang hanya beralas tikar.

Seorang pengungsi, Sri Nasution mengatakan, ketinggian air banjir merendam rumahnya mencapai 1 meter membuat dia dan 2 anaknya terpaksa mengungsi di posko di sekitar bantaran sungai Bedagai.

Baca Juga: Soal Unggahan Seruan Jihad Lawan Densus 88, Aswan: Kami Waspada

Baca Juga:  RSHS Bandung Pastikan Anak SD Korban Peluru Nyasar Kondisinya Semakin Membaik

Baca Juga: Muhadjir Effendy: PPKM level 3 saat Natal dan Tahun Baru Disertai Wajib Vaksin

“Terpaksa mengungsi, karena air dalam rumah hamper 1 meter,” katanya, Jumat 19 November 2021 malam.
Menurut Sri, dia dan 2 anaknya tidur di posko pengungsian di bantaran sungai Bedagai sudah 20 hari. Mereka tinggal di posko pengungsian hanya beralas tikar sehingga setiap malam udara dingin sangat mengganggu.

Baca Juga: Ada ASN Terima Bansos, Dinsos Kota Cirebon Kebingungan Buat Menindaklanjutinya

Baca Juga: Polisi Tetapkan Tersangka Kasus Kematian Belasan Siswa Saat Susur Sungai di Ciamis

“Sudah 20 hari tidur di posko ini, kami ada 6 KK tinggal bersama dalam 1 tenda,” ucap Sri.

Baca Juga:  Sadis, Seorang Pria di Nias Tega Akhiri Nyawa Anak Kandung Sendiri

Kata dia, mereka beruntung tinggal di posko yang berdekatan dengan mesjid Jami, sehingga mereka bisa mencuci dan mengambil air bersih dari kamar mandi masjid. Naun untuk mandi, terkadang di masjid, kadang di sungai.

“Air bersih kami bisa mengambil di masjid, tapi kalau mandi, kadang di kamar mandi masjid, kadang di sungai,” ungkapnya.

Menurutnya, duka mereka rasakan di posko pengungsian, bila malam hari udara dingin sangat mengganggu sehingga anak-anak susah tidur. Apabila hujan tiba-tiba datang malam hari, air hujan masuk kedalam tenda yang bocor.

Baca Juga:  Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Semakin Rumit, Barang Bukti Rusak?

Baca Juga: Permintaan Maaf ke Dedi Mulyadi dari Akun Facebook Yudha Dawami Abdas Ternyata Palsu

Baca Juga: Ada Peringatan Dini dari BMKG, Diperkirakan Cuaca Ekstrem Terjadi di Wilayah Ini

“Sedihnya, kalau malam hujan dan angin datang, anak-anak susah tidur, selain itu air hujan masuk kedalam tenda karena bocor,” terang Sri.

Sri menambahkan, sukanya, setiap malam mereka bisa makan bersama dan bercanda bersama. Walau makan dengan mis instan dan telur, namun kenikmatan sangat mereka rasakan.

“Sukanya, bisa bercanda dan makan bersama, walau seadanya, namun kenikmatan sangat kami rasakan, mungkin karena sama-sama jadi korban banjir,” papar dia.(ptr).