JABARNEWS | BANDUNG – Suara tawa dan percikan air kolam berpadu dengan semangat kebersamaan di Saung Sampireun, Cimaung, Kabupaten Bandung, Sabtu (4/10/2025). Sekitar 30 jurnalis dan mitra dari penegak hukum larut dalam keseruan “Mancing Ceria Bersama”, ajang fun fishing yang menebar 1 kuintal 50 kilogram ikan sebagai simbol keakraban. Di usianya yang ke-6, Jurnalis Hukum Bandung (JHB) memilih merayakan hari jadi bukan dengan seremonial kaku, melainkan lewat suasana santai yang memancing tawa dan mempererat tali silaturahmi antarprofesi.
Bukan Sekadar HUT, Tapi Simbol Solidaritas
HUT ke-6 Jurnalis Hukum Bandung (JHB) kali ini terasa berbeda. Bukan hanya karena lokasi Saung Sampireun yang dikelilingi udara sejuk Cimaung, tetapi juga karena semangat kebersamaan yang begitu terasa di antara para peserta. Dari kejaksaan, pengadilan, hingga advokat, semuanya duduk sejajar di tepi kolam sambil melemparkan kail dan candaan ringan.
Ketua JHB, Suyono, dengan nada penuh semangat menegaskan bahwa komunitas ini terus berperan aktif sebagai pengawal keadilan dan mitra kritis bagi penegak hukum.
“Kiprah JHB dari tahun ke tahun terus berkembang. Kami pernah menggelar bakti sosial di berbagai wilayah seperti Garut Selatan dan Cianjur Selatan, membagikan sembako, masker, serta mengkampanyekan gerakan antikorupsi di Kota Bandung,” ujarnya.
Lebih jauh, Suyono menegaskan bahwa JHB bukan sekadar wadah jurnalis yang meliput berita hukum, melainkan ruang bagi insan pers yang ingin memberi dampak nyata bagi masyarakat.
“Kami mitra penegak hukum, tapi tugas kami juga untuk terus bersikap kritis terhadap praktik hukum yang tidak berpihak pada keadilan,” tegasnya.
Enam Tahun Perjalanan: Dari Idealime ke Aksi Nyata
Enam tahun perjalanan bukan waktu yang singkat. Dalam rentang itu, JHB telah tumbuh dari sekumpulan jurnalis dengan semangat idealisme menjadi komunitas yang solid dan berdampak.
Ketua Panitia Pelaksana, Yedi Supriadi, tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya saat memberikan sambutan.
“Enam tahun bukan waktu yang singkat. JHB lahir dari semangat independensi, keberanian, dan komitmen untuk mengawal penegakan hukum yang adil dan transparan,” katanya.
Yedi menambahkan, kegiatan HUT bukan hanya ajang bersenang-senang, tetapi juga ruang refleksi bagi para jurnalis untuk kembali melihat makna profesinya.
“Kekuatan jurnalis bukan hanya pada tulisan, tapi juga pada kepedulian dan solidaritas sosialnya,” ungkapnya.
Momen Hangat di Tengah Kolam Penuh Cerita
Hari itu, Saung Sampireun berubah menjadi arena tawa dan persahabatan. Di antara suara gemericik air dan aroma kopi hangat, para peserta tampak antusias memperebutkan ikan terbesar.
Kompetisi Fun Fishing pun menjadi ajang seru yang mempertemukan keakraban lintas profesi.
Juara 1: Tedi – perwakilan Kejaksaan
Juara 2: Deni Supriatna – anggota JHB dari Kabupaten Bandung Barat (KBB)
Juara 3: Deni Daniel – anggota JHB dari Tasikmalaya
Selain tiga juara utama, panitia juga menyiapkan doorprize kejutan dan hadiah hiburan, sebagai bentuk apresiasi bagi seluruh peserta yang ikut memeriahkan acara.
Apresiasi dan Harapan: Tetap Kritis, Tetap Bermanfaat
Kemeriahan acara juga diwarnai dengan ucapan selamat dari para mitra kerja. Perwakilan kejaksaan, Lucky Afgani, yang turut hadir, menyampaikan apresiasinya terhadap kiprah JHB.
“Selamat ulang tahun Jurnalis Hukum Bandung. Semoga semakin jaya dan tetap kritis dalam mengawal penegakan hukum di Bandung, Jawa Barat, dan Indonesia,” ujarnya.
Ucapan serupa juga datang dari berbagai pihak yang mengirimkan testimoni melalui video, tanda bahwa JHB kini telah menjadi bagian penting dalam ekosistem hukum dan media di Jawa Barat.
Acara yang berlangsung hingga sore itu ditutup dengan suasana akrab dan penuh tawa. Para anggota JHB saling bersalaman, mengabadikan momen, dan berjanji untuk terus menjaga semangat kebersamaan.
HUT ke-6 ini bukan sekadar perayaan. Ia adalah pengingat bahwa di balik setiap berita hukum yang ditulis, ada insan pers yang bekerja dengan hati, berdiri untuk kebenaran, dan berjuang agar keadilan tetap hidup di tengah masyarakat.
Jurnalis Hukum Bandung, enam tahun solid, kritis, dan tetap berjiwa sosial. Karena bagi mereka, pena bukan hanya alat menulis, tetapi juga senjata untuk menjaga nurani dan kebenaran.(Red)