JABARNEWS | BANDUNG – Pemerintah Kota Bandung dinilai belum berpihak terhadap isu perempuan dan anak. Pasalnya, selama lima tahun berturut-turut, Bandung disebut sebagai kota dengan tingkat kerawanan tertinggi bagi perempuan dan anak dibandingkan daerah sekitarnya.
Aktivis perempuan dari Sapa Institute Sri Mulyati mengatakan bahwa kondisi tersebut memunculkan pertanyaan serius terkait efektivitas kebijakan perlindungan yang dijalankan pemerintah daerah.
Menurut Sri, sebagian besar kasus kekerasan di Kota Bandung justru menimpa kelompok paling rentan. Dari seluruh peristiwa kekerasan yang tercatat, sekitar 90 persen korbannya adalah perempuan.
Sri menilai situasi tersebut ironis, mengingat peringatan Hari Ibu seharusnya menjadi momentum refleksi bagi pemerintah untuk menghadirkan ruang hidup yang aman dan layak bagi perempuan. Ia menegaskan bahwa tingginya angka kekerasan menunjukkan kegagalan negara, khususnya pemerintah kota, dalam memberikan rasa aman bagi warganya.
Tidak hanya di tingkat kota, Sri juga mengungkapkan bahwa Jawa Barat masih mencatat angka kekerasan terhadap perempuan dan anak tertinggi secara nasional. Menurutnya, persoalan ini tidak bisa dilepaskan dari lemahnya regulasi dan keberpihakan kebijakan di tingkat daerah.





