JABARNEWS | BANDUNG – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung semakin serius membangun budaya literasi warganya. Melalui peluncuran Bandung Kota Cerita dan CERITAFest, Pemkot menghadirkan kolaborasi kreatif yang memadukan narasi budaya lokal dengan inovasi digital, mulai dari animasi, gim, hingga media sosial, agar literasi terasa hidup, menarik, dan dekat dengan generasi muda.
Komunitas Literasi Jadi Pilar Kota
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, menegaskan bahwa komunitas literasi merupakan pilar penting dalam membentuk budaya baca masyarakat. Menurutnya, kekuatan komunitas selalu menjadi fondasi pembangunan Kota Bandung.
“Pembangunan Kota Bandung selalu berawal dari kekuatan komunitas, termasuk komunitas literasi. Mereka membentuk budaya baca lewat kegiatan sederhana seperti membaca di ruang terbuka, diskusi buku, hingga mengirim buku ke pelosok,” ujar Erwin saat siaran di Radio Sonata, Kamis 14 Agustus 2025.
Ia menambahkan, pemuda dan komunitas literasi bukan hanya penerima manfaat kebijakan, tetapi juga subjek aktif yang merancang, mengawal, dan menginspirasi pembangunan. Karena itu, Pemkot berkomitmen hadir sebagai mitra strategis dengan membuka ruang dialog, menyediakan fasilitas, serta mendukung program yang berdampak langsung bagi masyarakat.
Bandung Kota Cerita: Narasi Lokal Bertemu Teknologi
Program Bandung Kota Cerita resmi diluncurkan di Alun-alun Bandung pada 28 Juni 2025. Inisiatif ini hadir berkat kolaborasi Pemkot Bandung bersama The Caravanserai Collective dan para Duta CERITA. Dengan mengusung tema “Bihari, Kiwari, Sampeureun Jaga”, program ini berfokus pada pemanfaatan teknologi digital untuk menghadirkan cerita yang lebih hidup.
“Literasi digital adalah jembatan antara generasi muda dan kebudayaan lokal. Kami ingin Bandung dikenal bukan hanya sebagai kota kreatif, tetapi juga kota dengan literasi digital yang kuat dan mengakar pada identitas lokal,” tutur Erwin.
Disarpus Hadir dengan Program Berbasis Data
Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Kota Bandung, Dewi Kaniasari, menjelaskan bahwa Bandung Kota Cerita adalah inisiatif berbasis komunitas dengan melibatkan lebih dari 100 peserta terlatih sebagai Duta CERITA.
“Kami menggandeng The Caravanserai Collective untuk menghidupkan narasi lokal melalui storytelling kreatif yang relevan dengan budaya dan teknologi,” ungkap Dewi.
Ia menambahkan, Disarpus menggunakan hasil kajian literasi masyarakat Bandung yang disusun bersama Universitas Widyatama pada 2024 sebagai dasar perumusan program. Dengan demikian, setiap kegiatan literasi disesuaikan dengan kebutuhan nyata masyarakat. “Kami percaya program literasi harus berbasis data agar benar-benar menjawab kebutuhan di lapangan,” katanya.
Perluasan Akses Lewat Kartu Sakti
Selain program Bandung Kota Cerita, Disarpus juga memperluas akses literasi melalui inovasi Kartu Sakti. Kartu ini mengintegrasikan layanan perpustakaan daerah dengan Perpusnas RI, sehingga warga bisa mengakses ribuan koleksi buku fisik maupun digital hanya dengan satu identitas keanggotaan.
“Literasi digital bagi kami bukan sekadar memindahkan buku ke layar, tetapi menciptakan pengalaman membaca yang interaktif dan menarik. Kami ingin gerakan literasi tumbuh dari bawah, melibatkan komunitas sejak perencanaan hingga evaluasi,” jelas Dewi.
Dengan berbagai langkah tersebut, Pemkot Bandung berharap gerakan literasi terus berakar kuat di tengah masyarakat sekaligus menjadikan kota ini bukan hanya pusat kreativitas, tetapi juga rumah bagi literasi digital yang relevan dengan zaman.(Red)