Meri juga sempat mengecek langsung ke kantor bank di Tasikmalaya serta mendatangi kantor perusahaan yang dimaksud di Jakarta. Namun, upayanya tidak membuahkan hasil. Anehnya, bank pun tidak mampu memberikan penjelasan detail, hanya menyebutkan bahwa proses kini sudah digital.
“Pihak bank kayak gak tahu-menahu. Tapi kenapa bisa cair tanpa saya datang langsung? Bahkan ada potongan dana untuk orang survei yang tidak muncul di rekening,” jelasnya.
Menurutnya, setidaknya ada 12 warga lain dari wilayah yang sama yang mengalami kejadian serupa. Jumlah korban dikhawatirkan masih bisa bertambah seiring pendataan yang masih berjalan.
“Kami semua berharap bantuan. Kami minta keadilan. Kalau memang tidak merasa pinjam, kenapa harus membayar? Harapannya bisa dibersihkan dari BI checking. Saya bahkan minta tolong ke Pak Gubernur Jabar, Kang Dadi Mulyadi (KDM),” ujar Meri.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dari total pinjaman Rp 5 juta yang disebutkan pertama kali, hanya sekitar Rp 3,7 juta yang bisa dicairkan. Sisanya, sekitar Rp 1 juta diberikan kepada orang yang melakukan survei, berinisial MI. Namun dalam mutasi rekening, transaksi tersebut tidak terlihat jelas.





