
Dengan skema sayembara, beasiswa tidak lagi diberikan melalui proposal atau faktor kedekatan, tetapi berdasarkan seleksi ketat untuk memastikan hanya yang terbaik yang mendapatkannya.
Dedi menjelaskan bahwa program ini akan memilih 200 calon mahasiswa terbaik di Jawa Barat berdasarkan kualifikasi akademik dan potensi mereka.
“Kalau kita berikan berdasarkan proposal atau karena faktor kenalan, itu tidak objektif. Banyak anak-anak berbakat yang tidak memiliki akses, akhirnya mereka tidak mendapatkan kesempatan,” tegasnya.
Program ini juga mempertimbangkan kebutuhan tenaga kerja di pasar ekonomi global. Dedi menyoroti bahwa banyak sektor di Indonesia masih dikuasai oleh tenaga kerja asing, sehingga lulusan dalam negeri harus lebih dipersiapkan dengan baik.
Dedi mengungkapkan bahwa ia telah lama memberikan beasiswa melalui proposal, namun dampaknya tidak signifikan. Kini, dengan konsep sayembara, diharapkan beasiswa bisa lebih efektif dan menghasilkan lulusan yang benar-benar siap bersaing di dunia kerja.