Salah satunya adalah Silvia Legina (30), orangtua siswa, yang mengaku kecewa karena kurikulum Cambridge yang dijanjikan tak pernah diterapkan.
“Jadi Cambridge itu tidak kami dapatkan atau tidak sesuai dengan materinya,” ucap Silvia saat dihubungi, Selasa.
Ia juga menyoroti metode pengajaran Bahasa Inggris yang dinilai tidak konsisten. Sekolah menjanjikan sistem pembelajaran intensif hingga seluruh proses belajar berlangsung dalam Bahasa Inggris. Namun kenyataannya, para guru tetap menggunakan Bahasa Indonesia.
“Lalu dari agamanya pun pelajarannya juga kurang, tidak ada hafalan (surat Al Quran),” tutur Silvia.