Yudha sempat meninjau langsung ke lokasi SPPG, meski tidak bisa menemui pengelola. Dari keterangan sejumlah siswa yang dirawat di Puskesmas Kadungora, makanan yang dikonsumsi mereka sudah dalam kondisi basi.
“Dimasak jam 1 dini hari, tapi baru dimakan siang hari. Terlalu lama jedanya,” ungkapnya.
Menurut Yudha, uji laboratorium yang dilakukan Dinas Kesehatan Garut masih terbatas pada sisa bahan baku di lemari pendingin. Ia menilai langkah itu tidak cukup untuk memastikan penyebab keracunan.
“Seharusnya juga diuji sumber air, sanitasinya, termasuk apakah tercemar bakteri E. coli atau tidak. Karena gejalanya diare, mual, pusing, bisa jadi bukan hanya dari makanan,” jelasnya.
Yudha berharap insiden ini tidak terulang kembali di sekolah-sekolah penerima MBG. Ia merekomendasikan pemerintah melakukan evaluasi rutin terhadap seluruh SPPG, meliputi standar kebersihan pangan, pelatihan keamanan pangan bagi petugas, serta pengawasan distribusi makanan.