
“Dari 2.816 hewan berkuku belah tersebut dilakukan beberapa penanganan. Di antaranya dipotong paksa, diobati dan ada juga yang mati. Untuk tingkat kesembuhannya 6,85 persen ada 193 ekor yang mati 33 ekor atau 2,45 persen,” ujarnya.
Sebagai antisipasi, Arifin menyebutkan bahwa pihaknya menfokuskan penanganan lock down mikro dilakukan pada skala kecamatan hingga desa. Hal itu dilakukan, agar penyebaran wabah PMK tidak menyebar.
“Kita tracing lagi penyebaran darimana? Lalulintas. Lalulintas kita sudah optimalkan cek poin bersama dengan kepolisian. Tapi masih tetap, datangnya jam 1.00 Wib (distirbusi hewan ternak luar daerah Jabar), kemudian juga ke jalur alternatif yang kita susah mengecek semuanya,” tuturnya.
Untuk itu, pihaknya meminta kepada kementrian pertanian untuk membatasi distribusi lalulintas pengiriman ternak dari wilayah luar Jabar.
“Namun, jika hewan ternak yang dikirim masuk ke Jawa Barat sudah teruji dan tidak mengidap PMK, maka Jawa Barat akan menerima,” tandasnya.