Festival ini menggabungkan cerita tradisional dengan pendekatan modern melalui visual mapping, agar lebih menarik bagi generasi muda.
Erwin menilai, inovasi ini penting untuk menghidupkan kembali budaya tutur di tengah arus digitalisasi dan budaya instan.
“Kita membangun kota bukan hanya dari infrastruktur fisik, tapi dari karakter dan kekayaan identitas masyarakatnya. Dongeng menjadi media yang kuat untuk menanamkan nilai kejujuran, cinta, tanggung jawab, hingga kasih kepada Tuhan,” ungkapnya.
Ia berharap festival ini tak berhenti sebagai kegiatan tahunan, melainkan berkembang menjadi gerakan kebudayaan berkelanjutan.
Erwin mengajak masyarakat untuk mewariskan bukan hanya perangkat digital, tetapi juga nilai dan kearifan lokal kepada generasi mendatang.